
TIMIKA, TimeX
Sebanyak 400 personil atau setara empat Satuan Setingkat Kompi (SSK) gabungan POlri dan TNI dikerahkan ke Tembagapura untuk mengejar dan menghadapi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan serangkaian aksi teror penembakan sejak Sabtu (21/10).
Empat SSK personel keamanan yang diberangkatkan ke Tembagapura usai apel penegakan hukum di Mapolres Mimika mile 32, Senin (6/11), terdiri atas satu SSK Brimob Kelapa Dua sebanyak 100 personel, ditambah tiga SSK prajuit TNI di Timika, termasuk Yonif 754 ENK .
Masa tugas personel TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Terpadu Penanggulangan KKB Papua` di wilayah Tembagapura itu ditargetkan berlangsung hingga akhir Desember 2017.
Tugas pasukan gabungan adalah menumpas gerombolan bersenjata api yang telah melakukan serangkaian aksi teror penembakan terhadap fasilitas milik Freeport, menembaki aparat maupun warga sipil sejak bulan lalu.
Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar didampingi Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI George Elnadus Supir usai apel gabungan kepada wartawan di Timika, Senin kemarin, mengatakan jajarannya tidak main-main dalam melakukan upaya penegakan terhadap KKB yang sudah menguasai perkampungan di Tembagapura dan melakukan teror psikis bahkan aksi kriminalitas sehingga mengganggu keamanan warga di wilayah setempat.
“Ini tugas Negara dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. KKB yang ada di Tembagapura sudah melanggar HAM dan aturan Negara,” jelasnya usai memimpin apel penegakan hukum di Mapolres Mimika kemarin.
Menurut Kapolda, pengerahan tambahan pasukan guna membantu personil pengamanan yang sudah ditempattugaskan di Tembagapura dan sekitarnya.
Pasalnmya, ancaman yang datang tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut. Sebagai aparatur Negara kami hadir untuk memberi perlindungan kepada masyarakat
Mantan Kadiv Humas Polri itu menegaskan pelibatan prajurit TNI dalam operasi penumpasan KKB di wilayah Tembagapura merupakan upaya bersama menghadapi ancaman ganguan yang terjadi saat ini.
Karena KKB sudah terbukti memiliki belasan pucuk senjata api dari serangkaian aksi teror penembakan dan penyerangan aparat, warga sipil maupun fasilitas milik perusahaan, maka KKB harus ditindak tegas malalui upaya penegakan hukum.
Apalagi, penduduk asli di sejumlah perkampungan sekitar Tembagapura, yaitu Utikini, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga Aroanop, termasuk warga pendatang yang pendulang emas tradisional terisolir karena permukiman mereka telah dikuasai KKB.
Hanya saja, lanjut Kapolda Boy, masyarakat asli di Banti da nsekitarnya, dari hasil pantauan tidak diganggu, namun yang diganggu adalah warga pendatang yang punya kios dan mendulang emas.
Untuk itu, kepada personil Brimob dan prajurit TNI yang ditugaskan ke Tembagapura, harus waspada, hari-hati dan harus berani menghadapi KKB yang jumlahnya tidak lebih 50 orang.
“Apabila target kita tepat, jangan ragu dengan masalah HAM. Kita yang mati atau mereka. Ketelitian dan kewaspadaan adalah syarat utama dalam tugas. Kita tidak bisa main-main, apalagi anggota kita sudah ada yang tewas tertembak,” pesan Kapolda.
Ia menambahkan, upaya penumpasan KKB di wilayah Tembagapura itu masih dalam koridor hukum dengan target utama yaitu melumpuhkan orang-orang yang membawa senjata api.
“Target kita adalah orang yang membawa senjata api sebab dengan senjata api itu mereka telah melakukan pelanggaran seperti pengancaman, penyerangan, penganiayaan, bahkan pembunuhan masyarakat dan petugas. Senjata yang mereka miliki hasil rampasan dari anggota Brimob yang terbunuh tahun 2015 lalu. Itulah yang sekarang mereka gunakan untuk melakukan penyerangan,” tandas Kapolda.
Apel Satgas Terpadu Penanggulangan KKB kemarin dihadiri pula Danrem 174 Merauke Brigjen TNI Asep Setia Gunawan, S.IP, Kabinda Provinsi Papua Brigjen TNI Abdul Haris Nasution, pejabat utama Polda Papua, Pejabat Kodam XVII Cenderawasih, Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon, Dandim 1710 Mimika Letkol Inf Windarto. (a28)