
MASSA – Ratusan massa masyarakat Papua long march dalam aksi demo damai ke Gedung DPRD Mimika di Jalan Cenderawasih untuk menyampaikan aspirasi, Rabu (21/8).
TIMIKA,TimeX
Demonstrasi yang dilakukan masyarakat Papua di Kabupaten Mimika menolak aksi rasisme dan tindakan persekusi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang-Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang terjadi 17 Agustus lalu berdampak luas terhadap terganggunya aktivitas masyarakat Mimika pada Rabu (21/8). Mulai dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di semua tingkatan satuan pendidikan, TK, SD, SMP dan SMA-SMK, maupun roda perekomonian tidak berjalan seperti biasanya. Dari situasi ini, ribuan pelajar terpaksa diliburkan atau dipulangkan lebih awal dari sekolah. Bahkan ratusan tempat usaha, toko, kios, konter, perbankan dan usaha rumah makan oleh pemiliknya ditutup sejak pagi, mengingat suasana terasa mencekam, sekaligus mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Pantauan Timika eXpress di lapangan massa yang mengatasnamakan masyarakat West Papua mulai bergerak sekira pukul 08:30 WIT dengan titik kumpul di Lapangan dan Bundaran Timika Indah.
Dalam aksi tersebut mereka membawa spanduk bertuliskan ‘lebih terhormat monyet mencari ilmu di rumah manusia atau manusia mencari makan di rumah monyet’. ‘Kami rakyat monyet melawan dengan symbol monyet kera dengan semua ilmu yang manusia melayu ajarkan kepada kami bangsa monyet’.
Setelah berorasi di Bundaran Timika Indah, sekira pukul 09.30 massa long march maupun berkendaraan menuju gedung DPRD Mimika di Jalan Cenderawasih untuk menyampaikan aspirasi dengan pengawalan dari aparat TNI-Polri.
Sekira pukul 11.00 WIT massa tiba di kantor DPRD Mimika langsung naik ke lantai dua gedung merusaki sejumlah fasilitas kantor seperti lampu dan mencabut bendera merah putih.
Setelah massa mulai tenang dilanjutkan ibadah. Menyusul setiap perwakilan kabupaten seperti dari Fakfak, Sorong, Intan Jaya dan lainnya wilayah pengunungan menyampaikan orasi.
Pada pukul 13.00 WIT aparat menarik mobil pengeras suara untuk menghentikan orasi. Massa yang merasa tidak terima marah membuat suasana memanas dan massa menyuarakan Papua Merdeka kemudian kembali merusaki gedung DPRD.
Sebagian massa masuk ke arah parkiran melempari aparat keamanan. Aparat dan juga massa mulai lari berhamburan ke luar berlindung di belakang mobil aparat.
Merespons itu polisi dilengkapi tameng dan senjata mengambil posisi mengantisipasi terjadinya anarkis melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata ke arah massa. Massa berhamburan ke luar gedung dan makin brutal melempari kaca pos security Kantor DPRD Mimika. Mereka juga rusaki sejumlah kendaraan milik TNI-Polri, mobil Damkar dan mobil pribadi serta sepeda motor yang parkir di pinggir jalan.
Buntut dari itu massa yang dipukul mundur ke arah SP 2 kemudian merusaki Hotel Grand Mozza, Kantor DLH, KPPN, BPJS Ketenagakerjaan bahkan kios-kios dan toko. Sekira pukul 14.00 WIT massa mulai kembali ke rumahnya masing-masing.
Dalam aksi ini sejumlah anggota polisi, brimob dan TNI termasuk Kapolres terkena lemparan batu dari massa. Aparat mulai menyisir menangkap pelaku pengerusakan. Hingga saat ini aparat kepolisian masih ditempatkan di beberapa titik seperti di depan Petrosea dan juga di setiap lorong menuju kota.
AKBP Agung Marlianto Kapolres Mimika di hadapan massa mengimbau untuk segera bubar kembali ke rumah masing-masing.
Agung kepada wartawan setelah massa bubar menjelaskan saat di Bundaran Timika Indah massa hanya berjumlah 50 orang masih tertib berkumpul dan kemudian bertambah 200 orang mereka meminta untuk dikawal ke kantor DPRD. Selama dalam perjalanan massa terus bertambah mencapai sekira 4000 sampai 5000 orang hingga berada di depan kantor DPRD.
Aspirasi yang disampaikan pada awalnya ujar Agung, masih berkutat dengan persoalan pokok isu masalah rasisme yang sama-sama dikutuk dan tidak dibenarkan, tetapi kemudian tiba-tiba yang dikhawatirkan aksi tersebut ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu yang menuju ke arah Papua Merdeka.
Untuk itu, hal ini tidak bisa dibenarkan. Oleh karenanya, pihaknya himbau untuk segera kembali ke jalurnya. “Dan tiba-tiba ada yang memicu lemparan pos dan pintu keluar kantor DPRD yang pada awalnya kita tertibkan dan kemudian dilanjutkan orasi. Oleh karenanya dengan terpaksa kita bubarkan,” katanya.
Meskipun demikian Agung meyakini situasi kamtibmas di wilayah Kabupaten Mimika relatif aman dan kondusif.
Ia memastikan semua titik konsentrasi massa anggota TNI-Polri sudah melakukan patroli dialogis.
Mengenai kendaraan roda empat dan dua yang rusak pihaknya akan mendata untuk diperbaiki.
Diamankan
Dalam aksi ini sebut Agung ada 20 orang terpaksa ditahan di Polres Mimika untuk diproses hukum karena merusak Hotel Grand Mozza.
Sebelumnya aparat juga telah mengamankan 15 orang aktor KNPB yang ditenggarai akan menyusup untuk anarkis.
“Untuk itu totalnya yang kita amankan sekira 45 orang. Dan ada beberapa masalah lainnya yang kedapatan pada saat patroli melakukan aksi pembakaran tempat sampah dan ban di samping Gedung Eme Neme Yauware juga kita amankan, dan nantinya kita lakukan pendataan,” jelasnya.
Sedangkan untuk nilai kerugian materil akibat dari aksi ini untuk sementara ia belum bisa sebutkan karena perlu pendataan.
Sejauh ini tidak ada korban jiwa baik dari aparat maupun masyarakat. Kondisi sudah mulai berangsur pulih dan tetap lakukan patroli.
Menyikapi hal ini katanya, Kapolri dan Kapolda Papua telah mengirimkan dua kompi dari Brimob untuk memperkuat pengamanan di Timika.
“Jadi kita sudah kita tempati personil di daerah objek vital seperti bandara, Lapas Timika dan area PTFI,” katanya.
Orang nomor satu di Polres Mimika ini meminta maaf kepada managemen Hotel Grand Mozza karena saat pembubaran massa untuk mencegah larinya massa ke arah kota, memukul massa ke arah SP 2 rupanya pada saat itu massa melewati hotel tersebut lakukan pengerusakan.
Sementara Geradus Gadu Kepala SMK Tunas Bangsa saat dihubungi Timika eXpress via telepon, Rabu (21/8) mengemukakan pemulangan siswa-siswi SMK Tunas Bangsa lebih cepat merupakan inisiatif pihak sekolah dengan berbagai pertimbangan untuk kebaikan para siswa. Selain itu tidak ingin membuat orangtua khawatir dengan anaknya, jika KBM tetap berlangsung dengan situasi dan kondisi seperti ini.
Geradus memastikan jika situasi dan kondisi sudah membaik maka siswa dan guru akan kembali mengikuti KBM di sekolah seperti biasa. “Kami harap masalah ini tidak terjadi hingga berlarut-larut karena kasihan dengan pelajaran siswa yang akan tertinggal,” ujarnya. (aro/a33/san)