
SEMANGAT – Peserta diklat terlihat begitu semangat mengikuti acara pembukaan, Senin (1/7).
TIMIKA,TimeX
Puluhan pemuda dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) di Papua mengikuti diklat kepemimpinan pemuda yang dilaksanakan oleh GPI Kabupaten Mimika di Hotel Horison Ultima Timika selama tiga hari, sejak 1-3 Juli 2019.
Acara ini dibuka oleh I Nyoman Putu Arka Asisten 3 Setda Mimika ditandai pemukulan tifa serta penyematan tanda pengenal kepada peserta.
Turut hadir Pdt R. Helwendery Ketua Sinode GPI Papua, Pdt Donald Salima Ketua Klasis GPI Papua, Ignasius Robert Adii Ketua FKUB Mimika, Anthon Pasoro Ketua Panitia serta perwakilan TNI- Polri.
I Nyoman Putu Arka dalam sambutan mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu langkah maju yang digagas untuk memupuk, memperkuat serta memperkaya pemuda gereja dalam menghadapi tantangan pelayanan serta kondisi zaman saat ini.
Menurutnya, hal positif seperti inilah yang harus didukung oleh semua elemen, terutama Pemda dan juga gereja yang merupakan wadah dan induk yang melahirkan pemuda-pemudi berkualitas serta berkemampuan dalam melayani tugas-tugas kenabian dalam masyarakat.
“Di era milenial saat ini gaya serta model berpikir dan bertindak para pemuda mulai terseret oleh kondisi dan keadaan lingkungan sekitar, sehingga pelayan gereja mulai terabaikan dan juga terkikis oleh perkembangan zaman,” katanya.
Kondisi inilah ujarnya yang harus menjadi perhatian bagi semuanya, sehingga gereja tidak kehilangan generasi-generasi potensial. Tetapi terus melahirkan laskar-laskar Kristus yang sejati, siap untuk menopang gereja, mengarahkan jemaat terutama masyarakat secara umum.
Pemuda katanya harus dibentuk dan pemuda harus memiliki karakter yang kuat sehingga dapat berdampak positif bagi masyarakat, diri sendiri dan paling utama guna kemuliaan bagi nama Tuhan, maka manfaatkan kesempatan yang ada dengan baik agar masa depan bisa bercahaya.
Dengan tema ‘Mewujudkan Pemuda GPI Papua yang Berintegritas dan Berdaya Saing, ia berharap pemuda GPI Papua bisa benar-benar kuat mental, memahami jati diri sebenarnya sebagai tulang punggung gereja dan bisa bersaing di tengah situasi dan keadaan yang ada pada masa kini.
Kepada pemuda-pemudi GPI sebagai peserta diklat dipesan dapat benar-benar proaktif mengikuti kegiatan ini sehingga nantinya bisa merubah gaya berpikir maupun bertindak dalam diri masing-masing peserta.
Sementara Pdt R. Helwendery dalam materinya mendorong pemuda GPI Papua harus bisa berjuang dengan integritas dan berdaya saing. Dan pemuda jangan takut bersaing karena kepemimpinan itu merupakan bagian tugas sosial bersama bagi semuanya apakah itu gereja, masyarakat dan pemerintah.
“Kita perlu melakukan kegiatan ini karena kita tahu bahwa generasi ini yang akan mengambil alih. Di sinilah yang akan terjadi regenerasi. Kita harus tahu krisis kepemimpinan. Untuk itu kita harus menggali potensi-potensi kepemimpinan ke depannya,” katanya.
Pemuda GPI lanjutnya, harus diberi kesempatan, tetapi peserta jangan hanya sekedar datang. Anda adalah bagian dari sebagian calon untuk pimpinan masa depan terutama dalam gereja kemudian masyarakat, bangsa dan negara.
“Banyak buah kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya diklat ini tentunya akan menghasilkan pemimpin yang bertintegritas serta setia kepada Tuhan,” harapnya.
Anthon Pasoro dalam laporan panitia mengatakan tujuan kegiatan ini adalah mencetak kader-kader pemuda GPI di Papua menjadi pemimpin. Bukan hanya memimpin dalam lingkup gereja melainkan juga menjadi pemimpin di masyarakat dan keluarga.
“Kita harus mempersiapkan kader-kader pemuda yang berkualitas dan integritas serta berkepribadian baik,” ujarnya.
Menurutnya banyak hal perlu dibenahi khususnya kebiasaan-kebiasaan buruk atau kebudayaan yang kurang bagus. Contohnya minum miras ataupun narkoba. Itu adalah bagian bagaimana mengantisipasi jangan sampai pelaku itu menjadi bagian dari anak muda.
Ia menyampaikan sesuai target awal peserta yang diundang 100 orang utusan dari 15 klasis. Akan tetapi keterbatasan akses transportasi, bersamaan tes CPNS, mahalnya harga tiket membuat peserta yang hadir hanya 75 persen.
Anton tegaskan kegiatan ini mahal bukan dari sisi harga melainkan dari sisi muatan materinya. Untuk itu dirinya mengimbau kepada peserta untuk serius mengikuti kegiatan ini, karena kegiatan ini sudah dipersiapkan secara eksklusif bagi mereka, dengan harapan setelah selesai dari sini, mereka memiliki pola pikir terkait minimal mengubah dan memimpin diri sendiri kemudian baru orang lain.
“Sebagai ketua panitia sekaligus tokoh pemuda GPI Klasis Mimika harap mereka adalah penerus pemimpin yang baru,” ujarnya. (aro)