
Manusia boleh merencanakan apapun di dunia ini, boleh memiliki cita-cita apa saja tapi pada akhirnya hanya Tuhan yang menentukan. Itulah sejatinya suatu perjalanan hidup yang merupakan rahasia Sang Ilahi.
Seperti itu juga yang dialami almarhum Wilhelmus Raharusun Deikme yang telah dipanggil Tuhan pada Selasa, 6 November 2017 sekitarpukul 03.40 di Rumah Sakit Mitra Masyarakat.
Jenazah almarhum sudah dimakamkan kemarin, Kamis (9/11) di pekuburan umum SP 1. Luka dan duka yang mendalam sangat dirasakan istri dan putra semata wayangnya.
Ida Paula Simanjuntak, istri dari pria yang biasa disapa Wili ini mengaku merasa seakan kehilangan pegangan hidup saat suami tercintanya menghembuskan nafas terakhir.
Ia merasa sangat sedih karena almarhum belum meraih cita-cita terbesar dalam hidupnya yaitu ingin menyaksikan putranya, Kenzie Tristan Pelma Raharusun Dekme dithabiskan menjadi seorang pastor.
“Waktu di rumah sakit sebelum bapak meninggal, bapak pegang tangan saya dan mengajak saya berdoa. Bapak bilang mama kita harus bisa lewati penyakit ini, bapak harus sembuh. Bapak belum mau dipanggil Tuhan, bapak mau saksikan dulu Kenzie jadi pastor, setelah itu baru bapak siap dipanggil Tuhan. Mama harus kuat, kita berdoa sama-sama dan harus janji untuk bisa melewati semua ini ya ma,” cerita Ida sambil sesekali menyeka air matanya saat ditemui Timika eXpress di kediamannya Perumahan Bumi Kamoro Indah, SP 4 usai pemakaman.
Namun, Tuhan berkehdak lain, ia dan anak semata wayangnya harus merelakan kepergian suami tercinta menuju kediaman yang abadi.
Perempuan kelahiran 4 Januari 1985 yang dinikahi almarhum pada tahun 2008 ini sangat memercayai suaminya dalam kehidupan berumah tangga.
Pria kelahiran 1 September 1972 ini dikenalnya sebagai sosok yang bertanggungjawab, tegas, penyayang, ramah, tidak pendendam dan ramah kepada siapapun.
Segala sifat baiknya ini membuat Ida memutuskan untuk menerima cinta almarhum pada tahun 2007 silam.
Ia berkenalan dengan almarhum saat mengikuti Jalan Salib Hidup yang perarakannya dimulai dari Lapangan Gelael pada perayaan Jumat Agung.
“Waktu itu sebelum jalan salib dimulai itu hujan, jadi saya dengan dua orang teman duduk di warung kopi sambil makan pisang goreng. Di situ saya dan teman-teman berkenalan dengan bapak. Kami bertukaran nomor telepon,” kenang Ida.
Sebulan setelah perkenalan itu, almarhum kembali menghubunginya. Sejak itu komunikasi diantara mereka menjadi lebih sering.Karena sama-sama merasa cocok dan nyaman mereka memutuskan menikah pada tahun 2008. “Waktu kami menikah itu saya masih protestan jadi kami menikah di gereja saya, tapibapak tetap Katolik dan saya tetap Protestan. Tapi pada tahun 2011 saat anak saya usia 2 tahun saya putuskan untuk masuk Katolik,” ujar Ida.
Kehidupan rumah tangga yang dijalani bersama suami tercinta selama 9 tahun terasa begitu indah karena almarhum menunjukan rasa cinta yang luar biasa kepada istri dan anaknya.
Meskipun tahun kedua mengarungi rumah tangga almarhum divonis dokter menderita penyakit gula, namun semangatnya untuk membahagiakan istri dan anaknya tidak pernah surut.
Ia rutin mengonsumsi obat khusus penyakit gula dan tetap semangat bekerja demi keluarga.
“Tapi dua tahun terakhir bapa tidak konsumsi lagi obat sehingga kondisinya mulai drop. Dua bulan terakhir ini bapak benar-benar drop, kami tiga kali masuk rumah sakit dan terkahir masuk satu minggu dirawat bapak meninggal,” kisah Ida.
Ida mengaku, sebagaiistri, dirinya tak pernah meninggalkan sang suami selama dirawat di rumah sakit.
“Bapak paling takut saya tinggal, saya hanya keluar makan sebentar bapak sudah suruh suster panggil. Saya berada disampingnya sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir,” tutur Ida.
Saat hendak menghembuskan napasnya terakhir, lanjut dia almarhum memanggil berulang kali nama sang buah hati. “Waktu Senin malam bapak di ICU, dia panggil nama anaknya ulang-ulang, akhirnya Keinzie masuk ke ICU dan menangis saat melihat bapaknya mulai sesak napas,” kata perempuan yang pernah menjadi guru TK ini.
Ia pun harus iklas kehilangan kekasih jiwanya, dan satu-satunya tulang punggung dalam keluarga, karena dua bulan yang lalu, kondisi almarhum benar-benar drop ia memutuskan berhenti bekerja dari sekolah Taruna Papua dan fokus mengurus almarhum.
Ia menjadi semakin kuat menerima kenyataan hidup yang pahit ini demi sang buah hati.
“Semalam (Rabu-red) saya tidurkan Kenzie saya bilang sama dia, nak bapak sudah meninggal. Terus dia jawab tidak apa-apa mama bapak kan sudah lama sakit, jadi bapak sekarang sudah tidak rasa salit lagi. Terus saya tanya kamu tidak rindu nanti sama bapak, dia bilang kalau saya rindu saya bisa lihat foto-fotonya. Kata-kata Kenzie ini yang bikin saya semakin kuat.Anak kecil saja bisa ikhlas seharusnya saya lebih kuat dari dia. Mudah-mudahan Tuhan memberikan kami kekuatan untuk bisa melalui semua ini,” tuturnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Mimika, Saleh Alhamid saat menyampaikan sambutan di kediaman almarhum pada ibadah pelepasan jenazah mengatakan bahwa almarhum merupakan tokoh politik yang selalu berjuang demi kebenaran. “Dia selalu berada dibalik kebenaran meskipun dalam perjuangannya selalu dapattekanan tapi dia tetap tabah,” kata Saleh.
Menurutnya, salah satu perjuangan almarhum yaitu dilantiknya 35 anggota DPRD Mimika pada bulan Juli lalu. “Terciptanya DPRD ini juga merupakan buah tangan dari dia. Kami anggota dewan merasa sangat kehilangan,” ujarnya.
Kepada keluarga yang ditinggalkan Saleh berpesan agarkuat menghadapi peristiwa iman ini. “Kita semua manusia akan mengalami hal yang sama hanya waktu yang membedakan. Peristiwa ini karena kasih sayang Tuhan yang mengakhiri segala sakitnya. Kebahagiaan paling kekal ini berada di sisi Tuhan,” tuturnya.
Saleh menambahkan, almarhum sudah diangkat menjadi staf khusus DPRD Mimika untuk itu ia meminta kepada pihak Sekretariat Dewan untuk mengurus hak-haknya almarhum.
Setelah jenazah didoakan di kediamannya sekitar Pukul 10.00 WIT diarak menuju ke Gereja Santo Petrus SP 1 dan diberkati dalam misa requiem, yang dipimpin oleh Pastor Paroki Gereja Santo Stefanus Sempan, Gabriel Ngga OFM. Dalam khobatnya Pastor Gabriel mengatakanselama hidupnya almarhum sangat aktif dalam semua kegiatan gereja di Paroki Santo Petrus, termasuk dalam pembangunan gedung gereja yang baru.
“Almarhum selalu datang ke gereja setiap minggu dan aktif dalam pembangunan gereja. Kita sama-sama doakan semoga almarhum diterima di sisi Tuhan dan menjadi pendoa untuk keluarga dankita semua,” ujarnya.
Usai misa requiem jenazah almarhum diarak menuju pemakaman umum SP1 danibadah penguburan masih dipimpin oleh Pastro Gabriel.
Turut hadir dalam prosesi pemakaman tersebut, Asisten 3 Setda Mimika Lopianus Fuakubun, Kepala Dishubkominfo Kabupaten Mimika, John Rettob, Mantan Penjabat Bupati Mimika, Athanasius Allo Rafra, sejumlah anggota DPRD Mimika dan pejabat daerah lainnya.
Setelah acara pemakaman keluarga dan sebagian pelayat kembali ke rumah almarhun dan melanjutkan ritual adat batak Mambuka Tudung yang artinya membuka tudung duka istri dan anak. (Yosefina dan Kristin)