“Saat ini kita mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bukan bangun sekolah baru, karena kalau bangun sekolah baru, banyak hal yang nanti kita tanggulangi. Sementara layanan dan kinerja guru dan beban kerja serta sarana prasarana yang dibangun harus sesuai peruntukkannya”

Jenny O Usmani
TIMIKA,TimeX
Jenny O Usmani, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika menegaskan SD Negeri 8 di Kampung Iwaka terpaksa diambil langkah untuk ditutup alasannya karena selama operasional tidak berkembang.
Jenny menyampaikan perihal ini ketika dimintai tanggapan oleh Timika eXpress di ruang kerjanya, Selasa (19/11), terkait keluhan dan tuntutan warga Iwaka supaya diaktifkan kembali sekolah itu lantas banyak anak usia sekolah di wilayah itu putus sekolah. Hal ini terungkap dalam Sidak Johanes Rettob, Wakil Bupati Mimika pada Senin (18/11).
Jenny menyampaikan SD N 8 ditutup setelah dievaluasi sejak tahun 2016 murid di sana satu kelas hanya 5-7 orang. Dan tidak mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Padahal persyaratan pendirian sekolah sesuai Dapodik, minimal satu rombongan belajar 20 orang, dan karena itu akan berakibat pada beban kerja guru maka kenapa sekolah itu ditutup.
Jenny menjelaskan sebelumnya, SD Negeri 8 didirikan sebagai sekolah berpola asrama. Setelah pola asrama Iwaka itu tidak ada lagi maka sekolah itu tetap jalan. Namun siswanya tidak berkembang dan fasilitas sekolahnya tidak mendukung. Karena sesuai Permendikbud Nomor 36 Tahun 2014, sekolah itu didirikan dan jika tidak berkembang maka sekolah itu harus dimerger (penggabungan) mengingat biayanya besar di mana satu kelas satu guru.
Ia menegaskan untuk mendirikan sekolah kembali bukan solusi. Bagaimana guru pergi mengajar muridnya tidak ada.
“Saat ini kita mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bukan bangun sekolah baru, karena kalau bangun sekolah baru, banyak hal yang nanti kita tanggulangi. Sementara layanan dan kinerja guru dan beban kerja serta sarana prasarana yang dibangun harus sesuai peruntukkannya,” jelasnya.
Menurutnya, dengan adanya penertiban seperti sekarang, juga dijaga agar murid tidak boleh di-mark up, jadi banyak faktor.
“Saya pahami bahwa itu kebutuhan masyarakat, namun ada juga aturan yang tidak bisa diabaikan,” katanya.
Persoalan ini juga telah disampaikan oleh masyarakat dengan bertemu langsung dirinya. Dan melalui Petrus Makea, Kabid SD, ia sudah menugaskan untuk melakukan peninjauan namun dari hasil yang didapati di lapangan yang disampaikan Kabid SD, bahwa sampai sekarang belum ada data yang diminta. Berapa jumlah nama anak dan kartu keluarga belum sampai ke dinas.
Dikatakan, bagaimana menangani masalah ini, teknisnya seperti apa harus didukung dengan data juga, sehingga langkah seperti apa yang diambil tepat sasaran.
Bahkan, Jenny juga mengklarifikasi Dinas Pendidikan tidak pernah membangun SD Timika Gunung, sekolah itu tidak pernah dipindahkan cuma karena tidak berkembang.
Jenny berharap bersama-sama mencari solusi bagaimana menangani anak-anak tersebut. Jika persoalannya adalah masalah transportasi, maka dinas akan melakukan koordinasi bersama Dinas Perhubungan supaya bus sekolah bisa mengangkut anak-anak bukan dengan membangun sekolah baru.
Ia menambahkan dengan jumlah penduduk yang ada, Dinas Pendidikan akan mengkaji baik, pendekatan pembelajarannya yang dimodifikasi. Jadi tidak semuanya didekati dengan membangun sekolah. Karena kembali ke biayanya cukup besar. Mungkin solusinya anak-anak bisa terdaftar sebagai peserta didik di salah satu sekolah terdekat tapi belajar di balai desa, dengan teknologi pembelajaran yang dimodifikasi.
“Jadi bukan tutup sekolah tanpa evaluasi. Ini ada evaluasi baik guru, juga murid, kalau dibilang Timika Gunung, kami tidak pernah mendirikan sekolah tersebut, karena muridnya tidak berkembang setelah ditutupnya pola asrama Iwaka,” pungasnya. (a32/a30)