
MENANGIS – Mgr. Hilarion Datus Lega Uskup Keuskupan Sorong menangis di depan peti jenazah Uskup John Philip Saklil, Pr usai misa penghormatan terakhir di Gereja Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Selasa (6/8) malam.
TIMIKA,TimeX
Misa penghormatan terakhir jenazah Mgr John Philip Saklil Pr Uskup Keuskupan Timika di Gereja Paroki Katedral Tiga Raja Timika dipimpin lima uskup serta didampingi puluhan imam pada Selasa (6/8) malam. Konselebran utama misa ini Mgr Aloysius Murwito, OFM, Uskup Keuskupan Agast dihadiri ribuan umat.
Mendampingi Mgr Hilarion Datus Lega, Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSC Uskup Keuskupan Amboina, Mgr Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin dan Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM Uskup Keuskupan Bogor. Turut hadir juga Mgr Ewaldus Martinus Sedu Pr Uskup Keuskupan Maumere hanya tidak masuk dalam barisan konselebran.
Sementara Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC, Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Keuskupan Bandung dan Mgr Yohanes Harun Yuwono Uskup Tanjung Karang sudah kembali ke tempat tugasnya pada Selasa (6/8) siang.
Kedua uskup ini memimpin misa penghormatan hari ketiga untuk Uskup John Philip Saklil, Pr pada Senin (5/8) malam di Gereja Paroki Katedral Tiga Raja Timika bersama Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM Uskup Keuskupan Bogor dan Mgr Aloysius Murwito, OFM Uskup Keuskupan Agast.
Kemudian Mgr Leo Laba Ladjar OFM Uskup Keuskupan Jayapura yang sempat hadir namun sudah kembali ke Jayapura pada Senin (5/8) menghadiri pemakaman Pater Yulianus Bidau Mote Pr, pastor diosesan Keuskupan Jayapura. Pastor Mote meninggal di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta pada Minggu (4/8) petang.
Sementara Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo Pr, Ketua KWI juga Uskup Keuskupan Agung Jakarta dipastikan tiba hari ini, Rabu (7/8) untuk memimpin misa arwah atau misa requiem dijadwalkan mulai pukul 12.00 WIT.
Mgr Hilarion Datus Lega Uskup Keuskupan Sorong dalam homilinya dalam misa penghormatan terakhir mengatakan pada tahun 1995, ia mengenal Uskup John Philip Saklil, Pr sebagai seorang rekan imam yang amat bersahabat dengan ciri khas suka membantu dan suka menghibur. Juga sebagai imam dengan potensi besar dalam kepemimpinan sehingga tidak mengherankan dalam usia muda dipercayakan sebagai dekan. Bahkan hanya beberapa tahun kemudian diangkat sebagai Vikaris Episkopalis (Vikep) di Enarotali.
“Lama kami saling bergaul sampai terjalin keakraban yang cukup mendalam. Nasib membawa kami terus semakin berdekatan apalagi kami sama-sama menjadi uskup. Tahun 2003 saya jadi Uskup di Sorong dan setahun berselang pada tahun 2004 John ditahbiskan jadi Uskup pertama di Keuskupan Timika,” kenangnya.
Baginya, Uskup John merupakan seseorang yang mengilhami banyak orang dan dalam banyak peristiwa yang selalu berkarya dengan motto ‘persiapkan jalan bagi Tuhan’.
Ia termasuk kalangan imam-imam keuskupan yang merintis keprojoan. Ia termasuk senior dalam mengambil ahli kepemimpinan dari rekan-rekan Fransiskan, ia menjadi dekan kemudian Vikep setelah itu menjadi uskup di Timika.
Uskup Asal NTT ini menegaskan Uskup John bukan hanya sekedar mengilhami bagi banyak orang dalam banyak hal, tapi juga seorang sahabat yang sangat membanggakan dan tidak diragukan.
“Hanya satu minggu menjelang pengumuman resmi John Philip Saklil ditunjuk Sri Paus menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke, kami bertemu dan dalam suasana kerahasiaan Kepausan, John menyampaikan kepada saya ia telah ditunjuk menjadi Administrator Apostolik Merauke, satu minggu lagi akan diumumkan. Saya menjabat erat tangannya, memeluk dia dan bilang John saya dukung ko seribu persen. Ini komunikasi langsung terakhir dengan sahabat sejati saya,”kenang Hilarion.
Peristiwa ini ujar Yang Mulia, sebuah pertanyaaan fundamental amat mendasar, selalu merupakan momok untuk meneguhkan penghayatan iman mengenai hidup sesudah kematian. “Apakah nasib kekasih kita setelah ia berpulang? Jawabannya nampaknya sederhana tapi maknanya amat mendalam. Nasib para kekasih kita yang sudah meninggal adalah memperoleh sesuatu bergantung kepada apa yang telah ia berikan,” ujarnya.
Menurutnya, kehidupan manusia berada dalam proses dinamis antara memberi dan menerima, apa yang diterima amat bergantung pada apa yang diberikan.
“Kalau orang ingin menerima senyuman tentu ia harus terbiasa memberi senyuman. Tapi kalau tidak terbiasa memberi senyuman jangan heran kalau kita menerima muka tembok,” katanya.
Ia menyebutkan rujukan dari apa yang diperoleh bergantung pada apa yang diberikan adalah pada Yesus dari Nazert sendiri. Yesus hidup dan tidak pernah mati lagi karena telah memberikan hidupnya sendiri dengan landasan cinta yang tiada berujung, dengan pengorbanan yang begitu besar dalam tugas kemanusiaan yang melampaui batas-batas yang tidak bisa dibayangkan.
“Yesus memberikan dirinya, Ia memberikan hidupnya karena itu, Ia menerima kembali hidup itu karena ada kebangkitan, ada pencerahan, ada sesuatu yang menjamin bahwa maut hanyalah sarana. Kematian hanyalah jalan, cara supaya orang-orang percaya dalam nama Yesus memperoleh kembali hidup yang tidak akan pernah berkesudahan lagi,” jelasnya.
59 tahun Uskup John lanjutnya, cukup memberi kesaksian mengenai apa yang diberikan bukan hanya bagi pelayanan Gereja Katolik, tapi bagi kemanusiaan. Bukan hanya sebatas di Keuskupan Timika dan Enarotali tapi meluas sampai pada KWI bahan Gereja Katolik Universal.
“Oleh karena itu sudah pada keyakinan kita bahwa John Philip Saklil kembali menerima buah-buah kehidupan, segala karunia rahmat kehidupan yang telah dipersembahkan dan memantul kembali kepada dia. Sehingga kepergian John seakan-akan melekat dalam kenang-kenangan kita mengenai seseorang yang terus mengilhami, seseorang yang terus membanggakan, yang memberi hidup bukan hanya bagi kalangan kecil di keuskupan ini bukan hanya terbatas kepada keluarganya tapi pada kemanusiaan, kepada seluruh Gereja Katolik yang kudus dan apostolik ini,” tuturnya.
Uskup Hilarion merasa sangat sedih ketika mengenang Uskup John yang amat memberi ilham dan membanggakan bukan hanya dalam cita rasa persahabatan, sebagai pribadi dengan pribadi, tetapi sebagai seorang uskup kepada umat gembalaannya, sebagai uskup gereja Katolik kepada gereja universal ini.
“John Philip Saklil orang yang mencerdaskan yang kemanapun dia pergi membawa aura positif. Oleh karena itu bapak, ibu, saudara-saudari sekalian yakinlah John Philip Saklil di surga akan memancarkan rahmat yang kita butuhkan untuk melanjutkan cita-cita, penghayatan, perilaku dan keyakinan hidupnya untuk memajukan Keuskupan Timika dan untuk memajukan harkat kemanusiaan kita,” katanya menguatkan.
Diakhir misa Pastor Amandus Rahadat Pr mengumumkan setelah misa arwah, jenazah Uskup John Philip Sakil, Pr akan diarak berjalan kaki menuju kompleks pemakaman imam Rumah Transit Bobaigo, SP2. (Yosefina Dai Dore)