
Alhamdulillah wasyukrillah walahaulawalquata illah billah
Yang pertama dan paling utama, marilah kita panjatkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang dicurahkan-Nya kepada kita, yaitu nikmat yang tidak terhitung nilainya. Allah berfirman,
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS:Ibrahim Ayat: 34).
Kemudian, kami nasihatkan kepada diri pribadi dan kepada jamaah sekalian agar kita senantiasa bertakwa, sebagaimana wasiat Allah,
“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 131).
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda,
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Wahai, anak Adam! Sungguh selama engkau berdoa kapada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam! Seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan di langit, kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam! Seandainya engkau menemui-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku sedikit pun, tentulah Aku akan memberikan pengampunan sepenuh bumi’.” (Hadits hasan riwayat at-Tirmidzi).
Dalam hadits di atas disampaikan beberapa hal berkaitan dengan sebab-sebab yang bisa mendatangkan ampunan Allah. Di antara sebab-sebab itu:
Pertama: berdoa.
Rasulullah bersabda,
“Selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu dan Aku tidak memperdulikan (dosa-dosamu).”
Para ulama mengatakan, “Sepanjang engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, yang berarti selama doa dan harapanmu hanya kepada-Ku, maka Aku mengampunimu dan Aku tidak mempedulikan (kesalahan-kesalahanmu)”.
Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk berdoa dan berharap kepada Allah. Allah berfirman,
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS:Al-Mu’min Ayat: 60).
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.
Bahkan Allah murka kepada orang-orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka padanya.” (HR. Tirmidzi).
Kedua: sebab lainnya yang bisa mendatangkan ampunan Allah adalah berharap hanya kepada Allah.
Di antara sebab diampuninya dosa, yaitu berharap kepada Allah. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Seseorang yang ada padanya kejelekan atau aib, hendaklah ia membaguskan prasangkanya kepada Allah dan mengharap agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian juga halnya orang yang memiliki ketaatan, hendaklah ia mengharap supaya Allah menerima amalannya. Adapun orang yang bergelimang dengan perbuatan maksiat, mengharap tidak adanya balasan dari Allah tanpa disertai penyesalan dan melepaskan maksiat, maka itu merupakan tipuan.”Dalam hal ini, Rasulullah pernah mendatangi seorang pemuda yang sedang berada di ambang kematian.
“Anas bercerita: “Suatu saat Rasulullah menjenguk seorang pemuda yang sedang mendekati ajalnya. Lalu beliau bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Ia menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berharap pada Allah dan takut akan dosa-dosaku”. Maka Rasulullah pun bersabda, “Tidaklah dua perasaan ini terkumpul dalam hati seorang hamba dalam momen seperti ini; melainkan Allah akan memberi apa yang diharapkannya dan melindungi dari apa yang ia takuti.” (HR. Tirmidzi dan sanadnya dinilai hasan).
Ketiga: istighfar.
Betapapun besarnya dosa yang dimiliki seseorang, jangan pernah ia berputus asa dan meninggalkan taubat dan istighfar. Allah telah memerintahkan kita agar senantiasa beristighfar kepada-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Muzzammil | Ayat: 20).
Demikian juga firman-Nya,
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS:An-Nashr | Ayat: 3).
Sebab ampunan terakhir yang ingin kami sampaikan pada kesempatan yang mulia ini adalah tauhid atau mengesakan Allah.
Akibat yang ditimbulkan dari kezhaliman tersebut adalah kehinaan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Allah mengharamkan surga bagi mereka yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS:Al-Maidah Ayat: 72).
Demikianlah beberapa factor yang menjadi sebab diampuninya dosa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan para hamba yang selalu bertaubat dan beruntung mendapat maghfirah-Nya. Amin. (Abdul Syakir,S.Pd.I)