TIMIKA,TimeX

Luky Mahakena
Sejak Januari hingga akhir Februari 2019 RSUD Mimika menangani 40 pasien Demam Berdarah Dangue (DBD) dan seorang pasien gizi buruk. Kebanyakan pasiennya didominasi anak-anak.
Hal ini disampaikan oleh Luky Mahakena Humas RSUD Mimika kepada Timika eXpress via ponselnya, Selasa (5/3).
Luky memastikan setiap pasien positif DBD maupun gizi buruk mendapat perawatan rawat inap di Bangsal Pipit (bangsal anak-anak). Sejauh ini rata-rata untuk pasien DBD termasuk gizi buruk semuanya bisa tertangani baik. Bahkan sebagian besar pasien DBD sudah bisa diperbolehkan pulang ke rumah.
“Pasien DBD dan gizi buruk kalau anak-anak ya kita taruh di bangsal anak, mungkin saja penanganan yang berbeda,” katanya.
Terkait biaya perawatan ia belum mengetahui secara pasti apakah 40 pasien DBD dan seorang pasien gizi menjadi tanggungan BPJS Kesehatan.
“Kalau soal itu saya tidak bisa jawab. Kalau memang tidak ada BPJS Kesehatan, ya mereka dapat tunjukan Kartu Papua Sehat (KPS). Namun yang pastinya semua pasien bisa tertangani dan tidak ada yang sampai fatal,” katanya.
Luki menyebutkan pasien gizi buruk ini atas nama Korneles Bokowi (6). Ia merupakan pasien rujukan dari RSUD Asmat. Ia sudah sebulan menjalani perawatan di RSUD Mimika. (a30)
Enggan Komentari Pasien Gizi Buruk
Meski telah dirilis Timika eXpress terkait penanganan satu pasien gizi buruk rujukan dari RSUD Kabupaten Asmat ke RSUD Mimika, terkait hal ini, pihak RSUD Mimika enggan berkomentar soal pasien gizi buruk yang telah dirawat selama sebulan sejak awal Februari lalu.
Humas RSUD Mimika, Luky Mahakena kepada wartawan, Selasa mengatakan ia tidak bisa berkomentar terkait situasi Korneles Bokowi (5) warga Kampung Amaru, Distrik Derkumu, Kabupaten Asmat.
Ia juga mengatakan bahwa telah berkomunikasi dengan dokter yang menjadi asisten dokter anak di RSUD Mimika yang menangani Korneles agar dapat memberikan komentar kepada wartawan, namun dokter bersangkutan enggan untuk berkomentar termasuk menanggapi pemberitaan di salah satu media di Timika terkait Korneles.
Luky tidak menjelaskan alasan dokter tidak bisa memberikan komentar. Ia hanya mengatakan bahwa tidak bisa. (a30)