TIMIKA,TimeX
Menyambut Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di Tanah Papua dan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 mendatang, Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanbun) Kabupaten Mimika telah mengirim 30 sampel pangan lokal ke laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB).

Yohana Paliling
30 sampel produk pangan lokal nantinya akan dicek melalui uji laboratorik, untuk memastikan layak tidaknya dikonsumsi.
“Kami sudah kirim sampel sebanyak 30 ke Lab IPB untuk mengetahui layak atau tidaknya dikonsumsi oleh tamu dan atlet-atlet. Produk yang dikirim adalah produk jadi yang sudah diolah menjadi sirup untuk dites kadar dan kelayakannya,” tutur Yohana Paliling, Kepala Distabun saat ditemui Timika eXpress di ruang kerjanya, Senin (15/7).
Yohana mengatakan, selain melengkapi pascapanen, mesin pengolahan buah menjadi sirup hingga kemasannya pihaknya juga harus mengurus keamanan prodak tersebut mengingat prodak-prodak ini akan dikonsumsi oleh atlit dan tamu-tamu.
Selain mengecek kelayakan dan keamanan produk lanjutnya, Distabun juga saat ini telah mengirim 10 prodak untuk mendapatkan ijin halalnya.
“Ada 10 prodak yang kita kirim untuk ijin halal. Itu prosesnya memang lama. Untuk lab saja membutuhkan waktu empat bulan untuk dapatkan hasil. Kita berharap sampel-sampel yang kita kirim memenuhi syarat dan setelah itu tim dari BPOM akan menilainya. Penilaiannya dimulai dari proses pembuatan prodaknya,” jelas Yohana.
Pengusaha ujarnya, harus mempunyai sertifikat pengolahan pangan dari tim Dinkes Mimika dan BPOM setelah itu baru prodaknya bisa diusulkan untuk mendapatkan IBRT. Sehingga memang persiapannya harus dimulai sejak tahun ini.
Yohana mengaku untuk ketersediaan bahan baku buah merah nantinya diolah menjadi sirup akan sangat cukup walaupun saat ini belum musimnya.
“Untuk program buah merah ini masuk di Otsus, tetapi untuk buah merah ini kita sudah jalan selama tiga tahun dan sekarang bukan musim buah merah. Sebenarnya kami mau coba kami punya mesin yang baru itu sampai dengan kemasan sachet dalam bentuk extrak, tetapi sekarang bukan musim buah merah lagi jadi belum dicoba,” tutur Yohana.
Musim buah merah lanjutnya biasanya di akhir tahun ini hingga April tahun berikutnya. Jadi saat lagi musim buah merah stoknya akan banyak dan produksinya juga banyak. Oleh sebab itu, pihaknya tidak membuat buah merah ini dalam kemasan jus dengan pertimbangan akan berjamur jika disimpan terlalu lama.
“Sempat kita coba dengan buah yang lain yang sebelumnya diolah dalam bentuk cair supaya bisa menjadi extrak atau bubuk dan itu bisa, tetapi kami ingin buah asli lokal,” ungkapnya. (san)