“Orang-orang yang mengantar Yesus masuk Kota Yeriko berteriak Hosana Putera Daut. Bahwa Dia yang datang dalam nama Tuhan ku. Lalu berganti menjadi kebencian dan penuduhan atas Dia dan teriakan salibkan Dia”
TIMIKA,TimeX
Ribuan umat katolik sedunia termasuk umat Katolik Paroki Katedral Tiga Raja wilayah Keusukupan Timika merayakan misa Minggu Palma, (14/4) sekira pukul 07.00 WIT.

UMAT – Ribuan umat Katolik Paroki Katedral Tiga Raja mengikuti perarakan misa Minggu Palma dari Gelael menuju Gereja Tiga Raja, Minggu (14/4).
Perayaan Minggu Palma sebagai mengawali Tri Hari Suci dalam liturgi gereja katolik Roma yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Paskah diawali pemberkatan daun palma di halaman Gelael Jalan Cenderawasih oleh Reverendus Dominus (RD) Oktovianus Taena, pastor rekan Paroki Katedral Tiga Raja. Selanjutnya ribuan umat bersama RD Oktovianus Taena berarak menuju Gereja Katedral Tiga Raja. Sepanjang perarakan mengenang kembali kisah Yesus masuk Kota Yeriko, umat melambaikan daun palma di tangan sambil bernyanyi ‘Hosana Putera Daut’.
RD Oktovianus Taena dalam khotba dari Injil Lukas mengatakan bahwa Yesus meminta manusia menjadi hamba Tuhan pada masa kini. Allah menghadirkan para nabi untuk menguatkan hidup mereka, dan salah satu nabi itu yang hadir dan mendampingi mereka adalah Nabi Yesaya.
Yesaya sebagai hamba Tuhan ujarnya kerap mengalami penolakan dan penderitaan dari umat Israel sendiri. Namun dengan menjadi sultan harus mampu menjalani, menerima dan menjalankan perutusan itu.
Sementara dalam bacaan kedua Kitab Suci Perjanjian Baru kata RD Oktovianus, sosok hamba Tuhan itu hadir dan digenapi dalam diri Yesus Kristus. Mendengar dalam Surat Rasul Paulus dalam keadaan sebagai manusia, Dia telah merendahkan diri-NYA dan taat hingga mati di kayu salib.
Kisah sengsara dalam injil hari ini lanjut RD Oktovianus, mengisahkan tentang betapa banyak penderitaan yang dialami oleh Yesus. Namun itu mempunyai arti yang mendalam yakni komitmen ketaatan yang sempurna kepada kehendak Allah.
Penderitaan Yesus ujarnya tidak menjauhkan Dia dari misinya. Yesus tidak melarikan diri dari tugas dan kewajiban sebagai putra Allah.
Sebaliknya Yesus mengungkapkan cintanya yang penuh kepada Bapak sampai tetesan darah terakhir. Yesus adalah hamba Allah yang terakhir, Yesus adalah hamba Allah yang setia.
“Kita pun diharapkan oleh Tuhan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan pada masa kini. Menjalankan tugas perutusan pasti bukan hal yang mudah. Berbagai macam tantangan dan penderitaan akan mewarnai perjalanan hidup kita, tapi yakinlah dengan Tuhan kita pasti bisa,” pesannya.
Ia menjelaskan kadang orang yang mengalami penderitaan dianggap sebagai manusia malang. Sementara orang yang selalu bersenang-senang dalam hidupnya dianggap sebagai orang beruntung. Akan tetapi, siapakah yang bisa menghindari penderitaan di dunia ini? Kadang manusia sakit, banyak tugas dan tanggung jawab yang manusia emban, banyak rupa kesulitan dalam hidup bahkan maut hingga kematian pun sering menghantui manusia.
“Apapun yang terjadi kita harus mempunyai komitmen dan ketaatan kepada kehendak Allah. Hadapilah kesulitan dan derita sebagai tantangan untuk menguji dan memurnikan ketaatan dan cinta kita kepada Allah. Percayalah Tuhan masih berada di pihak umat-Nya, dan percayalah juga di balik awan yang gelap pasti ada pelangi yang indah. Di balik situasi duka kita ada harta yang begitu besar nilainya dan itu Allah,” ungkapnya.
Orang Yahudi Gagal Paham akan Mesias
Sementara Raverendus Pater (RP) Igo Welerubun MSC dalam pesan injilnya pada misa kedua Minggu Palma di Gereja Katedral Tiga Raja dimulai pukul 18.00 WIT menjelaskan kalau mengikuti upacara perarakan Yesus masuk Kota Yeriko maka suasananya sangat tampak. Ada respek kontras dinamika sorak sorai dan pekikan kegembiraan dan sukacita di satu sisi. Tapi di sisi yang lain pekikan sukacita orang mengantar Yesus masuk Kota Yerusalem berubah menjadi duka cita, kesedihan dan menyesatkan. Hal ini terjadi ketika ekspektasi atau harapan itu tidak terpenuhi apa yang diharapkan.
“Orang-orang yang mengantar Yesus masuk Kota Yeriko berteriak Hosana Putera Daut. Bahwa Dia yang datang dalam nama Tuhan ku. Lalu berganti menjadi kebencian dan penuduhan atas Dia dan teriakan salibkan Dia,” jelas RP Igo.
Selain itu ujar RP Igo nampak pula dalam pemberian berharga dari dalam diri mereka adalah baju yang dilepaskan dari badan dibentangkan sepanjang jalan untuk keledai yang ditunggangi Yesus lewat. Seolah-olah tidak bernilai sama sekali dan dihina. Penghinaan ibarat jalan penuh kerikil-kerikil tajam penuh tantangan menuju bukit golgota. Namun dibalik itu semua berubah sebegitu cepat menjadi situasi penuh penghakiman dan penyesatan.
Ini terjadi ujarnya karena orang Yahudi mengalami gagal paham. Karena mereka tidak pada tahu siapa sebenarnya Mesias ini. Yang ada dalam alam pikiran mereka hanyalah persiapan hari paskah.
Paskah bagi orang Yahudi saat itu adalah upacara pembebasan perbudakan orang-orang Mesir. Maka ketika mereka berjumpa dan memahami mujizat-mujizat Tuhan, hal-hal luar biasa yang dibuat oleh Yesus mereka berpikir inilah orang yang dinanti-nantikan selama ini. Inilah Mesias janji para nabi itu.
Karena itu mereka rela memberi baju yang dipakai dua tiga lapis kepada Sang Mesias ini.
Mereka ujar RP Igo, berpikir Dia ini adalah Mesias yang akan membebaskan mereka dari perbudakan orang Romawi. Ternyata Yesus bukanlah seorang Masias politis melainkan Mesias rohani. Dia Mesias membebaskan semua umat dari belenggu dosa.
Untuk itu agar umat bebas dari gagal paham seperti orang Yahudi pada saat itu, RP Igo mendorong umat supaya mengenal Yesus secara lebih baik dengan mencintai-Nya.
Sebab dengan mengenal-Nya lebih baik maka membantu bergerak pula secara lebih baik. Untuk itu perlu baca Kitab Suci dan sekolah, bergaulan dan berelasilah dengan orang yang mengerti supaya tidak gampang tersesat dan tidak salah menilai sesuatu yang belum ketahui kebebarannya. Apalagi hanya diketaui di permukaan kulitnya saja tetapi harus masuk kedalam.
Selain itu ia mengingatkan supaya membuat permenungan sendiri dalam hidup.
Ia mencontohkan jangan seorang suami lagi duduk bersma istrinya lalu tiba-tiba bunyi telpon masuk. Kebetulan SMS masuk dari seorang perempuan cantik. Istrinya langsung menilai suaminya pasti sudah punya nol dua.
Ini namanya salah menilai, hal ini tidak boleh. Jangan cepat menuduh dan menilai sesuatu yang belum tentu benar. Harus ketahui apa sesungguhnya yang terjadi. Apa intinya.
Kemudian ia mengingatkan agar dalam memberikan jangan sampai dengan pamri. Orang Yahudi itu memberi dengan pampri. Tapi ketika pamri itu tidak kembali terwujud sesuai apa diharapkan maka munculah kemarahan dengan teriak salibkan Yesus.
“Maka jangan memakai prinsip ini. Saya memberi kau juga memberi. Jangan bekerja hanya mendapat pujian. Bahkan ada orang memberi dengan pampri sampai masuk pada kehidupan iman. Misalnya orang hendak jual rumah meminta pastor doa dengan jaminan kalau rumahnya laku baru dikasi sekian persen,” jelasnya. (san/tio)