
PENYEMATANPanglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyematkan tanda pangkat kepada salah satu prajurit Raider 751 pada prosesi KPLB di Utikini, lokasi pembebasan sandera, Minggu (19/11)
TIMIKA,TmeX
Dengan berhasilnya operasi senyap pembebasan 1.300 warga sipil oleh pasukan khusus dari aksi penyenderaan yang dilakukan Kelompok Kriminalitas Bersenjata (KKB), langsung mendapat apresiasi dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Jenderal bintang empat ini secara mengejutkan kembali mengunjungi Timika, Sabtu (18/11) hanya untuk menggelar upacara khusus Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) satu tingkat dari sebelumnya kepada 58 prajurit TNI pasukan khusus yang dilibatkan dalam operasi senyap, Jumat (17/11) di Tembagapura.
Sungguh menakjubkan memang. prosesi kenaikan pangkat di tubuh satuan TNI-Polri biasanya dilangusngkan di ruangan megah, kini hanya dilangsungkan di lokasi bekas penyanderaan 1.300 warga di perkampungan Utikini Tembagapura.
Kenaikan pangkat luar biasa prajurit dari Ton Taipur Kostrad, Raider dan Yonif 751 ini berdasarkan surat KSAD Nomor R/429/XI/2017 tertanggal 17 November 2017, tentang Usulan Kenaikan Pangkat Luar Biasa Operasi Militer Selain Perang (KPLBOMSP) Bintara dan Tamtama TNI AD dan berdasarkan pertimbangan pimpinan TNI.
58 Prajurit TNI yang mendapat anugerah kenaikan pangkat, meliputi 13 prajurit Kopasus, 20 prajurit Yonif 751/Rider, 10 Prajurit Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Kostrad, 15 Prajurit Yonif 754/ENK.
“Sebenarnya pemberian kenaikan pangkat luar biasa ini dilakukan di Desa Banti-Kimbeli. Namun, jalannya rusak sehingga kami lakukan di Utikini dengan latar belakang markas kelompok separatis saat menyandera warga,” kata Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII Cendrawasih Kolonel Inf. Muhamad Aidi kepada wartawan, Minggu (19/11).
Prosesi militer kenaikan pangkat 58 prajurit diikuti pula Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit beserta sejumlah pejabat teras Kodam XVII Cenderawasih.
Turut serta Kapolda Papua Irjen Pol. Boy Rafli Amar dan Asops Kapolri Irjen Pol. M. Iriawan.
Dalam sambutan Jenderal Gatot sebagaimana diterangkan Kapendam Aidi, katanya gerakan separatis yang dilancarkan kelompok kriminal bersenjata, selain pelarangan aktifitas terhadap ribuan sandera juga telah melakukan pembunuhan serta aksi-aksi kriminal lainnya. Apalagi mereka menuntut kemerdekaan yang tidak mungkin bisa diberikan oleh negara Indonesia kepada mereka.
“Ini bukan di sekap dalam satu ruangan, tetapi di suatu lokasi. Mereka tidak boleh beribadah, tidak boleh ke mana-mana, tidak boleh mendapatkan pelayanan kesehatan, terintimidasi. 12 wanita mendapat kekerasan seksual hingga perampasan uang Rp107,5 juta, emas seberat 254,4 gram, 200 unit ponsel,” tuturnya.