- Pesan Yanto Waroy, Korban Longsor di Tembagapura

Foto: Yosefina Dai Dore/Timika eXpress
Kematin merupakan takdir sang Ilahi. Siapapun di dunia tidak mampu menolaknya. Kepedihan yang dirasakan memang luar biasa, saat menghadapi peristiwa kematian, tapi apa mau dikata, Sang sutradara, yang mengatur semua kehidupan ini sudah berkehendak, manusia hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima kenyataan.
Pengalaman seperti ini dirasakan oleh Pilep Waroy dan Delita Fonataba, orangtua dari Almahrum Yanto Waroy (24) yang menjadi salah atu korban longsor di area Ore Bin 6 Conveyor 66 Feeder 6 MLA mile 74, Tembagapura, Rabu (3/4) sekira pukul 16.00 WIT.
Keduanya hanya bisa pasrah dengan tetap bersandar pada kekuatan Tuhan.
Pada Rabu (3/4) malam sekira pukul 08.00, Pilep Waroy dan Delita Fonataba sedang mengikuti ibadah penghiburan di rumah salah satu kerabatnya di Jalan Perintis.
Tiba-tiba salah seorang sanak keluarga memperlihatkan postingan di facebook yang menunjukan bahwa anak tunggalnya itu menjadi salah satu korban longsor dalam terowongan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia di Tembagapura.
Melihat postingan itu Pilep masih tidak percaya bahwa salah satu korban itu anaknya.
“Waktu saya lihat postingan di facebook, saya masih tidak percaya. Saya bilang mungkin keliru, pasti bukan Yanto,” cerita Pilep saat ditemui Timika eXpress di Gereja GBGP di Tanah Papua, Jemaat Anugerah, Jalan Perintis Dalam Timika Indah usai ibadah penghiburan, Sabtu (6/4) malam.
Rupanya informasi seputar longsor dengan korban anaknya itu terus beredar.
Selang beberapa menit kemudian sanak keluarga yang lain kembali menunjukan postingan yang sama di facebook, bahwa salah satu korban yang belum ditemukan itu benar-benar putra kesayangannya.
Ia terenyuh sejenak. Hatinya terasa begitu perih. Namun ia masih berharap anak sematawayangnya itu bisa ditemukan dengan selamat.
Beda dengan Delita Fonataba istrinya. Setelah mendapat informasi itu tak sanggup menahan kesedihannya. Ia menangis hingga pingsan berulang-ulang kali, belum bisa menerima kenyataan atas musibah yang menimpa anaknya.
“Hati kami hancur sekali. Ini anak satu-satunya. Saya berusaha sekuat tenaga untuk menyekolahkannya sampai ia bisa menyelesaikan pendidikan di SMK Kuala Kencana dan akhirnya bisa kerja di Tembagapura pada tahun 2017 lalu,” kata petugas Cleaning Service di Gedung DPRD Mimika ini.
Ia menuturkan anaknya yang barusan dua tahun bekerja di Tembagapura itu sampai meninggal dunia tidak ada firasat apa-apa. Hanya saja saat hari terakhir off dan hendak kembali naik ke Tembagapura, putranya berpesan kepada ayahnya kalau ia tidak kembali lagi.
“Bapak saya naik ini tidak turun lagi. Yanto bilang begitu kepada saya. Saya sempat tegur dia, anak kenapa bicara begitu, dan dia hanya senyum,” kenang Pilep sambil berlinang air mata.
Selepas kepergian anaknya ke Tembagapura, Pilep sempat memikirkan pesan anaknya tersebut.
“Kenapa anak saya bicara begitu e…, tapi saya pikir mungkin dia hanya bercanda,” tuturnya.
Dengan raut wajah sedih ia benar-benar merasakan cobaan ini luar biasa berat. Namun sebagai anak Tuhan dengan keteguhan iman dirinya merekalan anaknya untuk pergi selamanya. Ia percaya putranya sudah mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.
“Anak saya orang baik. Dia baik sama semua orang. Banyak yang mendoakan dia, saya yakin ia sudah bahagian dan diterima di sisi Bapa,” kata Pilep menguatkan hati.
Cahrly Pangalila, perwakilan dari Manajemen PT Freeport Indonesia yang turut mengantarkan jenazah Yanto ke rumah dukan mengisahkan almahrum merupakan sosok sederhana, rendah hati, ramah dan loyal dalam kerja.
“Dia kerja sangat rajin dan loyal. Dia juga aktif dalam pelayanan di gereja. Ia juga disenangi teman-temannya karena sangat ramah,” kenang Cahrly.
Sementara Domunikus Duli Kadu, teman satu krew mengisahkan hal yang sama.
Almarhum merupakan sosok pribadi yang sangat ramah dengan semua orang.
“Yanto itu baik dan ramah sama semua orang. Kami teman-temannya sangat sedih kehilangan teman terbaik. Semoga Yanto bahagia di surga,” katanya.
Oskar Waromi, Ketua Kerukunan Keluarga Besar Kepulauan Amba di Timika berharap semua hak-hak korban bisa diperhatikan pihak perusahaan. “Perusahaan tolong perhatikan hak-hak Yanto, karena ini murni kecelakaan kerja. Yanto ini anak tunggal dan harapan satu-satu orangtuanya,” kata Oskar.
Jenazah Yanto Waroy dan Taufiq Adnin Rasyad (4O) baru berhasil ditemukan dan dievakuasi pada hari keempat pencarian, Sabtu (6/4) dini hari.
Jenazah Yanto diberangkatkan ke Jayapura, Minggu (7/4) pagi dan telah dimakamkan sekira pukul 15.00 WIT. (Yosefina Dai Dore dan Kristin Rejang)