
250 Suku di Papua Harus Dijaga
TIMIKA, TimeX
Sebanyak 250 suku asli di Papua dengan ragam budaya dan bahasanya yang mewarnai kehidupan masyarakat, termasuk kekayaan alam meliputi pertambangan, perikanan, kehutanan dan lainnya harus dijaga agar tetap lestari.
Untuk menjaga keutuhan wilayah dengan sumber daya yang terkandung di dalamnya, maka rakyat Papua harus menggelorakan semangat empat pilar kebangsaan, meliputi NKRI, Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) dan Bhineka Tunggal Ika.
Hal ini diserukan Gubernur Papua, Lukas Enembe ketika menyampaikan sambutan pada gelar puasa bersama Pemda Mimika, TNI-Polri dan masyarakat Mimika di Pendopo Rumah Negara, Minggu (11/6).
Buka puasa bersama guna menjalin tali silahturahmi mengusung tema “Eratkan Silahturahmi ,Tingkatkan Kerukunan Dalam Bhineka Tunggal Ika Demi Keutuhan Untuk Mewujudkan Mimika Aman, Damai Dan Sejahtera”.
Kegiatan religi tersebut juga diikuti penyerahan santunan oleh Pemda Mimika bagi anak yatim piatu dan para dhuafa yang dilakukan oleh Bupati Mimika, Eltinus Omaleng dengan didampingi Gubernur Enembe.
Hadir pula Forkopinda Mimika, Bupati Kabupaten Nduga, Yairus Gwijangge S.Sos dan wakilnya Drs. Frans Kristantus MM.
Turut serta dalam acara yang berlangsung khidmat, Sekda Mimika, Ausilius You, para Dansat TNI-Polri, pimpinan SKPD di lingkup Pemda Mimika, perwakilan partai politik, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat serta ratusan masyarakat.
Lebih lanjut, kata Gubernur Enembe, buka puasa bersama merupakan momen silahturahmi antar umat beragama, apalagi Papua termasuk daerah yang erat dalam menerapkan toleransi.
“Silahturahmi untuk menjalin toleransi harus tetap dipegang teguh karena sangat bermanfaat bagi kita di Papua khususnya dan Timika umumnya,” pesannya.
Lukas yang juga Ketua Umum DPD Partai Demokrat Papua berharap, dalam bulan puasa warga masyarakat Papua harus tetap bersatu, sehingga tetap utuh menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
“Kita harus bersyukur dengan adanya kebhinekaragaman kita bisa menjadi bangsa yang besar,”katanya.
Mengamati situasi daerah akhir-akhir ini yang diwarnai berbagai persoalan kompleks, maka momen puasa yang sedang dijalani 95 persen jamaah muslim di seluruh Indonesia harus menjadi permenungan untuk perbaikan ke depan.
“Seperti kita ketahui bersama kisruh Pilkada DKI Jakarta, ada kelompok-kelompok yang menetang ideology dan falsafah bangsa. Maka itu kita harus tetap satu ideologi Pancasila,” tandasnya.
Sementara itu, Bupati Omaleng menambahkan, menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah sebusah berkah bagi umat muslim didunia, termasuk jemaah muslim di Timika.
Ramadhan juga mengajarkan kita untuk saling mengingatkan kebersamaan dan kerukunan, pengendalian diri dan solidaritas terhadap sesama.
“Semangat ini harus kita jaga dan tingkatkan demi keharmonisan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI, “ungkap Omaleng.
Orang nomor satu di Mimika ini pun menyebut, bangsa Indonesia kini tengah menghadapi ujian berat, yakni ancaman teroris dari kelompok radikal izis di kawasan Timur yang telah meluas ke seluruh dunia, jaringan narkoba di Internasional. Termasuk gerakan internal dengan munculnya faham radikalisme yang identik dengan penyebaran berita hoax mengadu domba, menghujat di mediaa sosial.
Belum lagi kasus korupsi yang terus marak, penyakit sosial masyarakat, tentu semuanya itu harus diakhiri secara bersama-sama.
Sedangkan Ketua MUI, Ustad M. Amin AR,S.Ag dalam Tausiyahnya menyatakan bahwa acara buka puasa adalah bentuk silahturahim dan silahturahmi.
“Acara silahturahim ,silahturahmi ini menyambung tali kasih persaudaraan antara kita. Pastinya yang dibawah tenda ini kita berbeda agama, tetapi ikatan bingkainya satu yaitu NKRI,” jelasnya.
Puasa kata Ustad Amin mengajarkan kita dekat kepada Allah melalui refleksi hidup.
“Kalau mau Indonesia lebih baik, harus bercermin dari Papua khususnya di Timika. Bersyukur warga Mimika selama ini tidak tersulut dengan pengaruh luar. Toleransi membangun keharmonisan, kebersamaan harus mencerminkan visi-misi Bupati Mimika,”ungkapnya.
Ustad M. Amin juga menambahkan apabila kita mencintai pemimpin maka pemimpin pasatinya mengayomi,” tandasnya.(tan/nur)