
Pendapatan Pedagang Menurun Drastis
PT Freeport Indonesia (PTFI) telah berhenti produksi sejak 12 Januari 2017 lalu. Selain itu, ribuan karyawan telah dirumahkan, bahkan sebagian besar karyawan telah di-PHK. Lantas bagaimana dampaknya terhadap transaksi jual beli di Kota Timika?
—————-
Keberadaan perusahaan tambang raksasa PT. Freeport Indonesia (PTFI) secara langsung dirasakan sebagian besar warga Kota Timika, ibukota Kabupaten Mimika. Bahkan, hampir separuh penduduk kota ini menggantungkan nasib sepenuhnya terhadap perusahaan tersebut. Namun, sejak dihentikannya aktivitas tambang sejak beberapa waktu lalu, membuat penghasilan para penjual pinang maupun penjual sayur di eks Pasar Swadaya Timika menurun drastis.
Kepada Timika eXpress, Minggu (5/3) petang kemarin, Joni Tane, salah seorang penjual pinang menuturkan, penyebab sepinya transaksi jual beli di Pasar Swadaya Timika lantaran Freeport yang tak lagi beroperasi serta melakukan pengurangan karyawan.
“Terasa sekali mas. Kita biasa dapat hasil jualan pinang bisa sampai 200-300 ribu per hari, sekarang sudah tidak sampai 100 ribu lagi,” katanya.
Hampir sama dengan Joni, mama Martina Kogoya yang sehari-hari berjualan keladi dan hasil kebun menuturkan hal yang sama.
Menurutnya, semenjak Freeport menghentikan produksinya, tidak hanya merugikan para pekerjanya saja, namun merugikan hampir semua warga Timika yang selama ini menggantungkan hidupnya kepada perusahaan milik Amerika Serikat itu.
“Saya punya keladi, petatas belum laku dari kemarin. Kalau begini terus kita bisa mati. Mau harap pemerintah, mereka juga sama dengan kita mengharap kepada perusahaan,” katanya sambil menunduk.
Ia berharap Pemerintah Indonesia dan PT Freeport segera mengambil sikap untuk menyudahi kemelut yang dampaknya menyengsarakan banyak orang ini.
“Tidak ada lain yang bisa kita lakukan, hanya berdoa kepada Tuhan supaya masalah ini bisa segera tuntas,” tuturnya.
Selain kedua pedagang di atas, tampak terlihat aktivitas lengang dari semua pedagang yang selama ini menjadikan lokasi eks Pasar Swadaya sebagai tempat untuk menyambung hidup.
Tumpukan hasil kebun kini seolah menjadi hiasan jalanan. Sayur-mayur yang awalnya menghijau kini tampak menguning akibat panas matahari. Sebab, dipajang sejak pagi hingga sore hari, namun belum laku dijual.
Semoga doa-doa yang dipanjatkan oleh umat yang merintih bisa dijawab oleh Tuhan dan mendatangkan mujizat bagi PT. Freeport Indonesia untuk bisa beraktivitas kembali.(evan soenarie)