
Foto: Indri/TimeX
TIMIKA,TimeX
Vice President (VP) Government Relation PT Freeport Indonesia (PTFI), Jonny Lingga menyebutkan, investasi yang digelontorkan untuk pengelolaan tambang bawah tanah pada tahun ini hingga 2023 adalah sebesar 1 bilion U$D atau setara Rp14 triliun pertahun.
Meski operasional tambang bawah tanah dipastikan baru akan normal di 2023, namun investasi yang dipersiapkan oleh perusahaan tambang terbesar di dunia akan berlangsung selama 8 tahun ke depan.
“Jadi kita kembangkan tambang bawah tanah ini dengan investasi yang besar karena merupakan penambangan tersulit di dunia. Tentu kita berharap penambangannya nanti bisa berjalan baik dengan dukungan pemegang saham mayoritas yakni PT Inalum (Indonesia Asahan Alununium) bersama pemerintah, dan tidak lagi ada aksi mogok karyawan atau lainnya”.
Demikian dikatakan Jonny Lingga kepada wartawan usai menghadiri pembukaan Kejurda Bola Basket di Mimika Sport Complex (MSC), Selasa (22/1).
Ia menambahkan, selain investasi tambang, terkait peralihan dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah, ini tidak ada efisiensi atau membutuhkan tambahan karyawan.
Sebab, ribuan karyawan yang sebelumnya bekerja di tambang terbuka, selain dipindahkan ke tambang bawah tanah, ada juga yang ke departemen lainnya sesuai kebutuhan managemen perusahaan.
“Program ini sudah berjalan, dan karyawan yang dialihkan ke tambang bawah tanah produktivitasnya ditingkatkan, sedangkan yang masuk masa pensiun kita alihkan kerja ke low land (dataran rendah) seperti ke Portsite atau kawasan industri ringan di Kuala Kencana” katanya.
Pasalnya, dengan dilakukan transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, saat ini produksi hanya bergantung pada tambang bawah tanah, meskipun belum juga maksimal berproduksi.
Kondisi ini menyebabkan produktivitas hasil tambang anjlok.
“Secara perlahan nanti produksi tambang bawah tanah itu akan meningkat, tapi dua tahun ke depan ini menurun setengah. Nanti mulai naik 2021 sampai 2022 akhir, dan 2023 awal sudah masuk kapasitas produksi maksimum dengan mengandalkan tambang bawah tanah,” jelasnya.
Kini, perusahaan sedang fokus ke tambang bawah tanah karena memang di tambang terbuka sudah tidak lagi memproduksi hasil tambang.
Adapun kapasitas tambang bawah tanah sendiri saat ini sekitar 60 ribu ton per hari atau 30 persen dari kapasitas maksimum.
“Kapasitas maksimumnya baru bisa mencapai 230 ribu ton OR per hari, atau sama seperti pada waktu tambang terbuka,” ungkapnya. (a30)