
TIMIKA, TimeX
Prosesi perdamaian melalui proses patah panah sebagai simbol perdamaian antara kelompok yang bertikai di Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, yang diagendakan pada Selasa (17/4) pukul 14.00 WIT kemarin terpaksa ditunda akibat hujan deras.
Prosesi adat untuk mendamaikan warga setempat yang terlibat konflik sejak November 2017 lalu baru akan digelar hari ini, Rabu (18/4) pukul 10.00 WIT.
“Karena hujan lebat sejak siang hingga sore terpaksa ditunda besok (hari ini-Red). Selain itu salah satu kelompok yang bertikai belum siap,” kata Kabag Humas dan Protokoler Setkab Mimika, Hendrikus Hayon kepada wartawan di Kantor Distrik Kwamki Narama, Selasa kemarin.
Sebelumnya rombongan Bupati Mimika, Eltinus Omaleng bersama Sekda Ausilius You, sejumlah pimpinan OPD dan pimpinan TNI dan Polri telah bersiap di halaman kantor distrik sebagai tempat prosesi adat.
Hanya saja, kehadiran unsur forkompinda untuk mengikuti rencana prosesi perdamaian yang dilaksanakan sejak pukul 14.30 WIT ditunda akibat guyuran hujan deras hingga pukul 17.30 WIT.
Rombongan Forkompinda akhirnya meninggalkan lokasi acara pukul 15.45 WIT setelah adanya kesepakatan menunda prosesi adat perdamaian pada hari ini.
Bupati Mimika, Eltinus Omaleng sata itu didampingi Sekda Mimika, Ausilius You, Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto, dan mewakili Damdim 1710 Mimika Pasiter Kodim Kapten Inf. Rustam Pauwah.
Hadir pula, sejumlah pimpinan OPD lingkup Pemkab Mimika, anggota DPRD Mimika, serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Dalam prosesi adat perdamaian biasanya akan digelar ritual belah kayu, patah panah dan memanah ternak babi sebagai simbol bahwa para pihak yang selama ini terlibat konflik sepakat mengakhiri pertikaian diantara mereka.
Upaya perdamaian kelompok-kelompok yang bertikai di Kwamki Narama merupakan inisiatif pemkab Mimika dalam hal ini Bupati Mimika yang sebelumnya telah melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh dari masing-masing kelompok yang bertikai di Pendopo Rumah Negara, Senin (16/4).
“Kelompok-kelompok yang berkonflik di Kwamki Lama baik kelompok atas dan bawah, maupun kelompok tengah sudah sepakat untuk berdamai. Pihak korban juga sudah setuju,” kata Bupati Omaleng.
Omaleng berharap prosesi perdamaian yang akan dilakukan tersebut mendorong terciptanya kondisi keamanan yang lebih kondusif di Kwamki Lama sehingga tidak ada lagi aksi saling serang, saling membantai dan membunuh diantara kelompok-kelompok yang bertikai selama ini.
Konflik antarkelompok warga di Kwamki Lama sudah berlangsung sejak November 2017 dan hingga kini telah merenggut belasan korban jiwa. Sebagian besar korban dibunuh dan dibantai di luar area Kwamki Lama. (tan)