
TIMIKA, TimeX
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit bersama Kapolda Papua Irjen Pol. Boy Rafli Amar menyatakan kekecewaannya terhadap Pemda Mimika karena dinilai kurang persiapan untuk mengurus 803 pengungsi asal Kampung Banti dan Kimbeli, Distrik Tembagapura yang dievakuasi ke Timika, Senin siang hingga malam kemarin.
Kekecewaan itu dilontarkan kepada beberapa pejabat Pemda Mimika saat kedua jenderal bintang dua di tubuh TNI-Polri tersebut meninjau langsung ke Posko pengungsian warga di Graha Eme Neme Yauware.
Secara spontan, Pangdam George menegaskan Pemda dan DPRD Mimika kurang berperan selama proses evakuasi ratusan warga yang terisolasi di Kampung Banti dan Kimbeli.
Mirisnya, setibanya rombongan Pangdam dan Kapolda di halaman Graha Eme Neme Yauware, belum satupun pejabat Pemkab Mimika hadir di lokasi tersebut.
Padahal sesuai rencana evakuasi ratusan warga dari Tembagapura ke posko-posko yang disiagakan di Timika sudah disiapkan sebelumnya.
Sebagaimana pengamatan Timika eXpress, setibanya Pangdam dan Kapolda, pintu Graha Eme Neme Yauware masih terkunci rapat.
Sementara di halaman gedung tersebut, hanya berdiri beberapa tenda bantuan Kementerian Sosial, tanpa kelengkapan tempat tidur dan fasilitas penunjang lainnya.
Beberapa sesaat setelahnya baru tiba Asisten II Setda Mimika, Marthen Paiding bersama Kepala Kesbangpol Andi Ramli disusul beberapa pejabat lainnya.
Tak pelak, para pejabat di lingkup Pemda Mimika ini pun langsung “disemprot” setelah mencoba memberikan penjelasan.
“Yang kami urus ini adalah bapak-bapak punya masyarakat. Ini tanggung jawab Pemda. Jangan semuanya diserahkan ke TNI dan Polri, mana peran Pemda.
Selama tiga minggu masalah ini, tidak ada Bupati dan Ketua DPRD yang datang ke Tembagapura,” kritik Pangdam kepada sejumlah pejabat Pemda saat itu.
Kepedulian Pemda Mimika kepada masyarakatnya patut dipertanyakan ketika berbagai masalah muncul terutama kasus penyanderaan ratusan warga selama tiga pekan di perkampungan Tembagapura, sementara Bupati Mimika Eltinus Omaleng sedang berada di luar negeri.
“Saya sangat sayangkan, karena informasi akan ada masyarakat diturunkan dari Tembagapura, tapi kesiapannya tidak maksimal. Kami sesalkan itu. Saya datang ke sini (Posko pengungsian di Gedung Eme Neme Yauware), kok tidak ada apa-apa,” ujar Pangdam menambahkan, sudah jadi tugas dan tanggung jawab Pemda Mimika untuk mengurus warga pengungsi Tembagapura dari ancaman kelompok bersenjata.
Lebih lanjut, katanya air bersih, sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dan terpenting bahan makanan serta pelayanan kesehatan harus diprioritaskan.
Saya minta Pemda Mimika memanusiakan masyarakatnya. Jangan seolah-olah semuanya diserahkan penuh ke TNI dan Polri. Kalau ada gangguan keamanan dan ketertiban, kami yang masuk. Tapi untuk urusan lain yaitu masalah penghidupan masyarakat, itu peran Pemda,” tegas Pangdam.
Dalam kesempatan yang sama Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar meminta Pemda Mimika lebih aktif berperan dalam mengurus warga pengungsi dari dua kampung tersebut.
“Kami datang untuk mendorong kesiapan Pemda, makanya kami datang mengecek langsung kesiapan mereka sudah sejauhmana. Ternyata saat kami datang pintu masih ditutup. Belum ada tanda-tanda persiapan sama sekali,” jelas Kapolda.
Kapolda menganjurkan agar di Gedung Eme Neme Yauware yang menjadi Posko pengungsi Tembagapura itu disediakan fasilitas yang memadai agar warga bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman seperti tempat tidur, air bersih, MCK dan lainnya.
Boy Rafli juga menganjurkan kepada Bupati dan Ketua DPRD Mimika agar segera bertolak menuju Banti, Kimbeli di Distrik Tembagapura untuk melihat langsung kondisi kehidupan warga yang selama lebih dari tiga pekan terisolasi akibat adanya KKB di wilayah itu.
“Masyarakat yang masih tinggal di Banti, Kimbeli dan lainnya itu juga harus diberikan perhatian yang sama. Makanya kami menyarankan agar Ketua DPRD dan pejabat Pemda Mimika segera ke sana melihat langsung kondisi riil masyarakat dan mempersiapkan sarana emergency yang diperlukan untuk mendukung agar masyarakat kembali survive,” jelas Kapolda Papua. (a28)