- 1000 Warga Banti-Utikini Terisolir
- Korban Pemerkosaan Ternyata Hamil Empat Bulan

TIMIKA, TimeX
Pascapenyerangan Mapolsek Tembagapura, kini Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang mengkaim sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menguasai Perkampungan di Distrik Tembagapura, yaitu Kampung Banti dan Utikini.
Akibatnya, sekitar 1000 lebih warga,terdiri dari 800 an warga Kampung Banti dan sisanya warga Kampung Utikini, baik lokal maupun pendatang di dua kampung tersebut terisolir, bahkan terancam kelaparan, bila tidak cepat disupport dengan logistik makanan dari Pemda, TNI-Polri.
Kini 1000 lebih warga di wilayah tersebut pun hidup dalam ketakutkan karena mengalami teror secara psikis, sebab seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) berinisial E alias Mama L secara mengejikan diperkosa oleh tiga oknum KKB.
Dari peristiwa naas, Senin (30/10) itu membuat keluarga korban berang.
Merekan pun mendesak aparat keamanan setempat agar segera mengevakuasi korban pemerkosaan ke Timika, sebab yang bersangkutan mengalami trauma berat, apalagi sementara dalam masa kehamilan empat bulan.
“Kami keluarga korban sangat sayangkan pernyataan pihak kepolisian bahwa korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Tembagapura milik Freeport, ternyata sampai dengan kemarin siang korban belum dievakuasi. Korban masih shock dan belum mau berkomunikasi. Kami minta aparat keamanan bisa sikapi dan segera mengevakuasi korban dari Kampung Banti,” harap sejumlah keluarga korban yang enggan disebutkan namanya saat bertandang ke redaksi Timika eXpress, Rabu (1/11).
Untuk lebih memastikan apakah mama L sudah dievakuasi atau belum, Rabu siang kemarin, salah satu dari keluarga korban sempat menelepon saudara korban di Kampung Banti, Tembagapura.
Sayanganya, seketika dihubungi, saudara korban sontak mematikan ponselnya lantas mengirim pesan singkat via ponsel, katanya ‘jangan dulu telepon ada mereka (KKB-Red) pantau dari luar. Mereka pantau dan lalu lalang di tempat kami tinggal’,” ujar saudara korban dalam percakapan itu.
Keluarga korban lainnya pun menceriterakan bahwa dirinya bersama 20 orang warga pendatang lainnya berhasil dievakuasi aparat keamanan dari Kampung Banti pada, Senin (30/10) lalu sekitar pukul 13.00 WIT.
“Dari Banti terus kami diturunkan ke Timika dengan mobil aparat keamanan,” kata sumber tanpa menyebut identitasnya lantaran takut jadi sasaran KKB seketika kembali beraktivitas di Kampung Banti.
Keluarga korban lainnya pun menceriterakan tindakan semaunya dari KKB setelah menguasai wilayah perkampungan di Tembagapura.
Adapun pengakuan, akibat aksi teror penembakan, pada Sabtu (28/10), sedikitnya ada 20 warga pendatang di Kampung Banti meski dibawah teakanan berusaha keluar dari kampung tersebut.
Sekitar pukul 19.00 WIT waktu itu, mereka bersepakat jalan kaki menuju Tembagapura untuk keluar dari Kampung Banti.
Apa jadinya, ditengah perjalanan mereka dihadang sekelompok warga anggota KKB.
Meski tidak mendapat tindakan anarkis, namun ke 20 warga dijarah.
Selain 20 handphone, KKB juga mengambil uang milik warga senilai Rp30 juta lebih, lantas menyuruh mereka (20 warga-Red) kembali ke Kampung Banti.
“Kalau seperti ini, upaya evakuasi dari aparat keamanan menjadi alternatif dengan resiko. Tapi mau tidak mau warga harus dievakuasi, karena kalau aparat tidak masuk atau tidak ada suplai bahan makanan, maka warga di Kampung Banti dan Utikini kelaparan. Bahkan bisa saja terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan dari aksi KKB,” tandasnya.
Sementara itu, Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon mengaku bahwa korban pemerkosaan oleh tiga orang KKB di Longsoran Banti, Tembagapura, belum dievakuasi.
Korban pemerkosaan belum bisa dievakuasi dari wilayah tersebut karena terjebak dalam area kontak senjata antara aparat keamanan dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kata Kapolres, hingga kini pihaknya masih membangun komunikasi guna menindaklanjuti peristiwa tersebut.
Hanya saja, kata Kapolres, masyarakat di wilayah tersebut berada dalam tekanan dan ancaman, sementara aparat keamanan pun belum mengambil langkah mendekat ke Kampung Banti.
pasalnya, menyikapi situasi yang terjadi, pihaknya akan lakukan upaya persuasif dan tegas.
Hanya saja Kapolres belum menyebut seperti apa upaya-upaya tersebut.
Adapun Pemda Mimika bersama TNI dan Polri kini terus berkoordinasi dan melakukan segala upaya agar sesegera mungkin bisa memenuhi kebutuhan logistik warga sipil yang terjebak di area tersebut.
“Kami tentu mengambil langkah-langkah supaya masyarakat tidak dalam kondisi ketakutan, dan apa yang jadi kebutuhan masyarakat bisa segera disupport,” tukasnya. (vis/a28)