
Amalkan 2016 Sebagai Pohon Syukur dan Harapan di 2017
TIMIKA,TimeX
Perayaan syukur tahun 2016 dan Tahun Baru 2017 oleh Kerukunan Keluarga Wuamesu (KKW)-Ende Lio di Timika diibaratkan seperti pohon.
“Amalkan Tahun 2016 sebagai pohon syukur dan 2017 sebagai pohon harapan yang diwarnai dengan mimpi-mimpi menggapai apa yang dicita-citakan”.
Demikian pesan religi yang disampaikan Pastor Paroki St. Petrus SP3, Pater Dodot, SCJ pada perayaan misa syukur di kediaman Hendrikus Mari, Kelurahan Kamoro Jaya-SP1, Sabtu (14/1).
Perayaan yang berlangsung khidmat dan meriah itu pula memberi makna dan arti penting, sebagaimana diilustrasikan Pater Dodot, ibarat kenaikan pangkat seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Misalnya ada pegawai yang belum naik pangkat, menghendaki kenaikan pangkat dari golongan A ke ke golongan B,” ujarnya.
Dalam khotbahnya, Pater Dodot pun mengisahkan pengalaman salah satu keluarga Katolik selaku karyawan perusahaan.
Ia diberi tanggungjawab membelanjakan semua barang kebutuhan.
Namun, pada Desember 2016 lalu, semua bukti-bukti atau nota pembelian itu hilang.
Karyawan tersebut berusaha keras mencarinya, bahkan ia sampai mendatangi tempat dimana barang-barang tersebut di order, yakni di Surabaya.
Karena tidak ditemukannya, karyawan tersebut menyampaikan pada istrinya bahwa ia bisa terancam di PHK (Putus Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat ia bekerja.
Kendati demikian, masih ada satu harapan terkahir, yaitu berdoa.
Melalui permohonan doa secara khusuk kepada Tuhan, empat hari berselang, ia kembali menemukan bundelan nota belanja yang hilang dalam sebuah tas yang baru ia beli di Timika.
“Ini aneh, tapi itulah yang terjadi. Ini menunjukan bahwa Tuhan mencintai kita”.
Ungkapan dari pengalaman akan perasaan karyawan, jelas bahwa Tuhan mencintainya berkat doa.
Menurut Pater Dodot, perasaan dicintai Tuhan, itu berarti Tuhan memberikan sesuatu untuk kita.
Atas pengalaman itu, Pater Dodot memberikan pertanyaan refleksi. Bagaimana kalau Tuhan seakan-akan diam, atau bagaimana Tuhan membiarkan keluargamu berjalan dalam kegelapan dan dosa? Bagaimana kalau doa-doa kita tidak dikabulkan?
Termasuk pertanyaan lain, “siapa yang merasa dicintai Tuhan?. Kalau kita merasakan cintai Tuhan, maka kita dekat denganNya.
Sebagaimana peristiwa reinkarnasi, firman menjadi manusia dan tinggal di antara kita,” jelasnya.
Karenanya, pilihan hidup di tempat terang dan gelap harus disikapi secara iman.
“Kalau ingin tinggal di tempat terang berarti tingkatkan perbuatan baik, termasuk meletakan semua harapan dan mimpi kepada Tuhan untuk menggapai cita-cita,” pesannya.
Sementara Ketua KKW-Ende Lio Kabupaten Mimika, Ansel Gao melalui sambutan di tempat yang sama, mengajak seluruh warga Wuamesu di Mimika untuk selalu bersatu dalam segala kegiatan.
“Aktif disetiap ada rapat atau pertemuan termasuk hajatan warga apapun. Warga jangan hanya tahu mengeritik, namun harus ditunjang dengan solusi membangun untuk memajukan wadah organisasi sosial ini,” tegasnya sembari mengapresiasi panitia dan keterlibatan warga sehingga suksesnya acara tersebut.
Acara syukur ini membuatnya pesimis, sebab sempat tertunda dari rencana awal tanggal 7 Januari, namun baru dilaksanakan 14 Januari, satu pekan ke depan, dikarenakan adanya warga yang meninggal.
Momen Natal yang menjadi agenda rutin tahunan, membawa kesan tersendiri karena antusiasme warga yang begitu solid.
“Saya harap ini dipertahankan dan tingkatkan terus. Tidak hanya hadir saat momen seperti ini saja, tetapi dalam duka harus kita semua ambil bagian,” ajak Ansel penuh harap.
“Apa yang sudah ditanamkan oleh leluhur sejak dahulu sangat bijak. ‘kita pa bou mondo woti kale’ yang artinya dengan keberadaan organisasi ini kita saling bahu membahu. Di antara yang berkemampuan secara ekonomi maupun di antara yang belum berkemampuan. Supaya di tempat perantauan seperti ini tidak mengalami kesulitan sendirian,” tam bahnya.
Spirit dari leluhur dalam pepatah “kita mai rapa tuke gena “, artinya ketika anggota kerukunan kita mengalami kesulitan ataupun musibah jangan biarkan dia berjalan sendiri. Pesan Ansel.
Lebih lanjut katanya, momen ini pun jadi ajang silahturahmi dan saling mengenal sesama keluarga Wuamesu –Ende Lio.
Ansel pun berharap wadah organisasi ini tidak hanya mengakomodir warganya saja, tetapi membangun sesama saudara, khususnya warga lokal di Timika.
Mewakili Darius Dari selaku Ketua Panitia, Yohanes Dady Rujumara saat itu menyampaikan terima kasih kepada Pater Dodot, SCJ, juga kepada warga Wuamese-Ende Lio serta tamu undangan.
Acara waktu itu diakhir dengan jamuan kasih dan sesi foto bersama serta ditutup dengan tarian adat ‘gawi’. (tio)