TIMIKA,TimeX
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Besar Harto Karyawan, memberi pesan dan kesan khusus ketika melakukan kunjungan kedinasan ke Markas Yonif 754/ENK Divisi III Kostrad, Timika, Kamis (14/3).

ARAK – Pangkostrad Letnan Jenderal TNI Besar Harto Karyawan diarak oleh prajurit Kostrad saat berkunjung ke Yonif 754/ENK Divisi 3 Kostrad di Timika, Kamis (14/3).
Pangkostrad didampingi Panglima Divisi III Kostrad Mayjen TNI Ahmad Marzuki menegaskan, Kostrad adalah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, bukan ‘ban serep’.
“Jadi untuk pemahaman cadangan disini bukan berarti ban serep. Cadangan artinya merupakan kekuatan yang harus lebih kuat dari yang sudah digelar,” tegasnya.
Selain itu, dalam arahannya kepada prajurit TNI Batalyon Infanteri 754 ENK/Kostrad dan Brigif 20/IJK/Divisi III Kostrad, di Markas Yonif 754, Mayon, Distrik Kuala Kencana, jenderal bintang tiga ini pun mengingatkan seluruh prajurit Kostrad di Mimika harus selalu siap siaga dan mengasa diri.
“Karena konsekuensinya sebagai prajurit Dharma Putra Kostrad harus siap dikerahkan kapanpun dan di manapun. Begitu Kostrad sudah diturunkan tidak ada masalah yang tidak selesai,” tegasnya.
Pesannya pula, prajurit-prajurit Kostrad harus mampu mengasah cakra-cakra yang ada, sehingga benar-benar menjadi prajurit yang profesional serta dapat diandalkan.
Letjen Harto juga memotivasi seluruh prajurit Dharma Putra Kostrad untuk memahami cakra yang menjadi lambang Kostrad.
Simbol cakra, sambungnya merupakan senjata pemungkas Dewa Krisna.
Bahwa simbolisasi Kostrad dimunculkan oleh para pendahulu dengan jiwa ksatria dan semangat nasionalisme.
“Jadi di mana senjata itu baru dikeluarkan dikala senjata-senjata lain tidak mampu untuk mengatasi lawannya. Sehingga begitu cakra dikeluarkan itulah pamungkasnya,” ungkap Letjen Harto.
Letjen Harto bersama rombongan disambut tarian adat Papua dan arak-arakan prajurit satuan temput Yonif 754/ENK, pada kesempatan itu juga mengutarakan tujuan kedatanganya.
“Tujuan saya bersama rombongan kesini, selain tatap dengan prajurit Kostrad, saya juga ingin melihat langsung keberadaan satuan-satuan baru di wilayah timur khususnya di Papua,” ungkapnya.
Ia mengatakan, penting mengingatkan kembali peran strategis prajurit Kotama TNI AD setelah pembentukan satuan baru khususnya di wilayah Divisi Kostrad, dari adanya peralihan status dari Kodam menjadi satuan Kostrad.
“Saya perlu mengingatkan kembali seluruh prajurit Kostrad harus mawas diri, menjaga kemampuan dan profesionalisme. Dan di situlah cakra, karena cakra adalah sesuatu yang ditakdirkan pada diri kami sebagai prajurit yang dilahirkan sebagai tentara,”imbuhnya.
Ia berharap seluruh prajurit Kostrad harus mematuhi lima kemampuan dasar sebagai prajurit yang mesti diasah dan dipelihara serta satu kemampuan tambahan. “Ini ada enam kemampuan dan ini harus selalu dipelihara karena kewajiban,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kunjungan kerja Pangkostrad ke Timika hanya berselang beberapa hari pascapengiriman 600 prajurit TNI dari kesatuan Kostrad dan Zipur ke Kabupaten Nduga untuk melanjutkan pembangunan jalan dan jembatan proyek Trans-Papua.
Sebanyak 600 prajurit TNI yang dikirim ke Nduga itu terdiri atas 150 prajurit Batalyon Zipur 8 Makassar yang bertugas mengerjakan jalan dan jembatan Trans Papua serta 450 prajurit Batalyon 431 Kostrad Makassar yang melakukan pengamanan selama pekerjaan berlangsung.
Hingga akhir 2019, Mabes TNI menargetkan bisa merampungkan pembangunan 30 jembatan di ruas Trans Papua yang menghubungkan Mbua-Paro-Batas Batu-Mumugu.
Proyek tersebut sebelumnya ditangani PT Istaka Karya dan PT Brantas Abipraya, namun terhenti sejak awal Desember 2018 pascainsiden pembantaian terhadap belasan pekerja PT Istaka Karya oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata/KKSB pimpinan Egianus Kogoya. (tan)