
“Kami Dipukul Pakai Besi dan Sering Dihukum”
TIMIKA,TimeX
Lima anak korban ekploitasi biarawati palsu bernama Sisilia R, akhirnya dipulangkan ke Timika, Senin (6/3) dengan penerbangan Air Fast, sekitar pukul 05.15 WIT.
Kelima korban tersebut adalah Yosef Magal (5), Yosei Magal (7), Yosef Erelak (10), Choky Rul (6) dan Johanes S (5).
Pemulangan kelima korban dengan didampingi langsung Plt. Asisten III Setda Mimika, Lopianus Fuakubun, Kepala Badan PPPA Mimika, Alice Irene dan tim Ketua P2TP2A Mimika, Syane Mandesy.
Ini setelah melalui reunifikasi penyerahan yang diprakarsai Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kepada utusan Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika, 28 Pebruari lalu.
Kedatangan lima bocah malang dijemput langsung Wakil Bupati Mimika, Yohanis Bassang, SE,M.Si, Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon, Danlanal Timika Letkol (P) Yosaphat Indarto, Plt Kapolsek Bandara Iptu I Wayan Nurida.
Dari Bandara Mozes Kilangin, kelima anak bersama tim yang mendampingi langsung menuju ke Polres Mimika melaporkan kasus yang menimpa kelima anak atas perlakuan Sisilia R.
Wakil Bupati (Wabup) Bassang saat itu mengapresiasi kerjasama Pemda Mimika dengan Komnas Perlindungan Anak di Jakarta sehingga anak-anak bisa kembali ke Timika.
“Kita bersyukur karena mereka sudah kembali. Ini jadi pelajaran. Jangan mudah percaya kepada orang kalau imingi sesuatu. Termasuk sosok Sisilia R yang sudah tersangka dan diproses di Jakarta harus dipastikan benar identitasnya. Kalau dia mengaku biarawati nanti cek langsung ke Keuskupan Timika. Kasihan keluarga dari anak-anak korban yang tidak tahu akhirnya begini,” tegasnya.
Wabup Bassang pun menyinggung soal pos dana bantuan yang setiap tahun dianggarkan Pemda Mimika untuk pembiayaan operasional panti asuhan.
“Saya harap tujuh anak korban yang sudah kembali ke Timika bisa dapat bantuan dana untuk kelangsungan hidup, apalagi mereka semua anak yatim piatu,” tandasnya.
Sementara itu, Plt. Asisten III Setda Mimika, Lopianus Fuakubun menerangkan upaya yang dilakukan adalah tanggungjawab Pemda Mimika menyelamatkan anak-anak dari tindakan eksploitasi dan diskriminasi.
Dari perlakuan tidak manusiawi Sisilia R, anak-anak secara psikis terganggu mentalnya.
“Bagaimana tidak, anak-anak mengaku dipukul pakai besi dan sapu lidi. Termasuk makan minum dan kebersihannya tidak diperhatikan sehingga banyak yang kena penyakit kulit.
Kita sudah tangani awal dengan bawa anak-anak ke rumah sakit berobat sakit kulit. Nanti ada psikolog beri pendampingan mental, agar secepatnya anak-anak pulih,” harap Lopianus.
Mantan Kadistako Mimika juga mengimbau warga masyarakat jangan cepat mempercayai tawaran dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Kalau pun ada, baiknya dikoordinasikan dengan pemerintah atau pihak terkait lainnya agar dipastikan kebenarannya,” tegasnya.
Sementara itu, Yosei Magal kepada Timika eXpress setibanya di Bandara kepada Timika eXpress membenarkan kalau Sisilia R memperlakukan dia (Yosei) bersama 6 rekan lainnya tidak seperti anak-anak lainnya.
“Kami dipukul pakai besi dan kayu. Juga sering dihukum. Kami tidak betah sekali,” terang Yosei singkat.
Sementara itu, Kapolres Mimika AKBP Victor Mackbon menjelaskan pemulangan kelima anak, termasuk dua korban sebelumnya, 10 Pebruari lalu, yakni Kritina Magal (10) dan Magdalena Magal (7), proses kasusnya tetap lanjut.
“Tersangkanya kini ditangani Satserse Polres Jakarta Timur melalui proses penyidikan gabungan. Dalam kasus ini tersangka dijerat undang-undang KDRT dan perdagangan manusia dengan ancaman hukuman diatas lima tahun penjara.
“Kami terus koordinasi dengan Polres Jakarta Timur terkait modus Sisilia yang merekrut anak-anak Papua untuk disekolahkan telah berulang kali. Apakah masih ada korban lain, ini yang sedang kita dalami. Besar kemungkinan ada tersangka lain dalam kasus ini,” jelasnya.
Pasalnya, kelima korban usai dimintai keterangan oleh penyidik PPA Polres Mimika langsung dikembalikan ke keluarganya.
Sementara itu, Ketua P2TP2A, Syane Mandesy menegaskan, terkait kelangsungan hidup ketujuh anak tersebut, dua diantaranya, yakni Josef dan Johan siap diasuh oleh Kepala Badan PPPA Mimika, Alice Irene.
Sedangkan Choki, Syane bersedia menjadi orangtua asuhnya.
Sedangkan untuk jaminan pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Mimika, Jenny Ohestina Usmany menyatakan kesediannya membantu mengurus berkas ketujuh anak tersebut agar bisa mengenyam pendidikan.
Menyusul Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait berharap tidak ada lagi kasus serupa di Papua.
“Mari kita semua berperang melawan tindakan eksploitasi anak di Indonesia,”tukasnya via ponsel, Sabtu (5/3). (a21/zuk)