TIMIKA,TimeX
Umat Hindu di Kabupaten Mimika merayakan hari raya Nyepi 1 saka 1941 di Pura Mandhira Mihika Mandaloka SP 4 pada Rabu (6/3).

ARAK-ARAKAN – Umat Hindu mengarak-arakan ogoh-ogoh dari jalan raya SP 4 menuju halaman Pura Mandhira Mihika Mandaloka pada Rabu (6/3) malam.
Hari raya bertepatan dengan suasana tahun politik di tanah air, masyarakat Hindu Mimika dipesan bisa berpartisipasi mensukseskan pesta demokrasi serentak Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 17 April mendatang.
Hal ini sejalan dengan tema nasional ‘Melalui Perayaan Nyepi Kita Sukseskan Pemilu dengan Adil, Jujur dan Damai.
Pesan ini disampaikan oleh I Nyoman Dwitana ketua panitia hari besar Nyepi Kabupaten Mimika di Pura Mandhira Mihika Mandaloka disela-sela upacara pawai ogoh-ogoh pada Rabu (6/3).
Ia mengatakan semua umat Hindu harus melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara dengan mewujudkan cita-cita undang-undang yakni demokrasi dan salah satunya adalah mensukseskan pemilu yang aman, adil, jujur dan bermartabat.
“Tahun ini lebih khikmad, karena hari Nyepi bertepatan dengan masa pemilu dan ini sangat berkaitan erat dengan istilan mulah sarire,” kata I Nyoman.
Ia menjelaskan ‘mulah sarire’ lebih pada introspeksi diri karena ini merupakan tahun baru sehingga semua sikap menjadi lebih baik.
“Kita harus sama-sama menyejukan hati umat manusia, makanya sebelum acara Nyepi ini, kami adakan kegiatam yakni bakti sosial, donor darah dan melakukan kunjungan ke Panti Rehabilitasi Eme Neme Yauware. Hari Nyepi ini kita harus saling mengerti dan berusaha supaya dekat dengan Tuhan,” paparnya.
Selain itu juga diadakan pawai ogoh-ogoh. Tradisi religi ini katanya membuat perayaan Nyepi makin semarak menjadi daya tarik masyarakat Timika.
“Ogoh-Ogoh merupakan simbol buta kala. Yaitu lambang kesombongan, keangkuhan, iri hati dan semua sifat yang tidak boleh dimiliki oleh manusia,” jelas I Nyoman.
Setelah arak-arakan sepanjang jalan SP 4, ogoh-ogoh tersebut akhirnya dibawa ke dalam lingkungan Pura Mandhira Mihika Mandaloka kemudian dibakar.
“Kalau sifat-sifat yang tidak baik ada di dalam diri, maka akan mengganggu manusia itu sendiri. Oleh karena itu sifat itu harus dibasmi dan dibakar,” katanya.
Ia berharap melalui pembakaran ogoh-ogoh dengan begitu semua sikap yang tidak baik dimiliki umat Hindu akan dihilangkan dan melahirkan manusia baru yang lebih baik.
Lebih jauh I Nyoman menjelaskan pada Kamis (7/3) umat Hindu memaknai Catur Brata yang terdiri dari empat hal tidak boleh dilakukan. Empat hal itu adalah Brata Amati Geni yakni tidak menyalakan api selama Nyepi, Brata Amati Lelalungan yaitu tidak boleh berfoya-foya, Brata Amati Lelungan adalah tidak boleh bepergian, dan Brata Amati Karya yakni umat Hindu tidak boleh melakukan pekerjaan. Selanjutnya pada Jumat (8/3) baru bisa bersilaturahmi dengan keluarga. (a33)