SIANG itu udara cukup bersahabat. Langit Kota Timika dan sekitarnya begitu cerah setelah beberapa hari diguyur hujan.
Lima orang pria berangkat menuju lokasi dulang. Mereka mengadu nasib di tengah aliran Sungai Ajikwa Kali Kabur Mile 25 untuk menapis emas.

MENYARING – Pendulang sedang menyaring pasir sisa tambang di Sungai Ajikwa Kali Kabur
Rabu (1/10).
Mendulang emas secara tradisional mengandalkan alat seadanya seperti banyak ditemukan di lokasi dulang bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Selain nyawa menjadi taruhan, para pendulang harus berfisik prima karena seharian terendam dalam air di bawah terik matahari.
Pada Minggu (4/10) Timika eXpress turut menyaksikan proses mendulang emas oleh para pendulang.
Dalam mendulang ternyata tidak bisa asal gali. Tapi perlu mendeteksi dulu lokasinya yang tepat dengan mencari dulu titik lokasi untuk mendulang.
Di lokasi dulang ditemukan sebagian besar kaum pria tengah menapis butiran emas sisa tambang PT Freeport.
Salah satunya Pria Ballo (35). Ballo bekerja memisahkan material pasir bercampur lumpur mengunakan alat sederhana biasa disebut maal.
Maal berukuran 1-2 meter setinggi satu meter itu diletakan di tengah sungai yang agak dangkal. Sesekali ia sekop material tailing untuk mendapatkan butiran-butiran emas.
Meski dihadapkan dengan berbagai risiko yang mengacam keselamatan, seperti aliran sungai cukup deras terutama saat musim hujan Ballo tidak perduli.
“Biasanya untuk memisahkan ada kain khusus dengan sendirinya emas dan material akan langsung terpisah. Kemudian barulah emas akan dibersihan,” tutur Ballo.
Ballo dalam mendulang sehari bisa mendapatkan 1-2 gram emas apabila kondisi kali tidak banjir. Apabila dalam situasi banjir sehari bisa mendapat rejeki 4-5 gram emas yang dibawa pulang. Emas sekarang satu gram Rp780.000. Namun jika harga emas lagi naik bisa sampai Rp800 ribu.
Selain itu, Annas (29) menuturkan meski berisiko jika musim hujan tiba tetap bekerja sebab banyak material yang dibawa arus mengendap di dasar air.
“Kami bekerja biasanya ada yang sendiri dan berkelompok, ada yang menyekop material. Ada yang menyiram memang dengan cara berkelompok mendapatkan material yang banyak tetapi hasil pembagiannya juga harus sama rata,” tuturnya.
Menurutnya, meski terlihat mudah memang memerlukan ketelitian dan proses sangat lama agar menghasilkan emas.
Alat yang digunakan hanya wajan ukuran 19-30 cm serta deterjen untuk memilah emas dari material.
Butiran-burain emas hasil dulang itu dimasukan dalam plastik di bawah ke Timika untuk dijual kepada pengepul.
Penulis: Elisabeth
Editor : Anton