“Ada suara yang berseru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan” (Lk. 3, 4). Padang gurun menunjuk pada tempat yang tidak subur, yang sulit melahirkan kehidupan baru dan dimana orang dipaksakan untuk kembali pada hal-hal yang paling inti dan yang paling menentukan andaikata mau hidup terus. Yohanes Pembaptis berseru di padang gurun. Kita diundang untuk mengikutinya di padang gurun kita.
Padang gurun terjadi dimana isteri-isteri membuka underground sendiri pada waktu suaminya sedang berkeringat di underground di atas. Padang gurun terjadi dimana pelayanan publik gagal karena pelayannya mempunyai pandangan yang tidak lebih jauh dari pada keuntungannya sendiri. Padang gurun terjadi dimana kepentingan masyarakat umum menjadi proyek oknum-oknum tertentu. Padang gurun terjadi dimana jabatan-jabatan diberikan sebagai imbalan atas jasa keberhasilan dari maksud tertentu. Padang gurun yang tidak mendukung perkembangan kehidupan terjadi dimana anak-anak diterlantarkan. Padang gurun terjadi dimana perusahaan tidak setia pada perjanjian yang pernah dibuatnya. Padang gurun terjadi dimana hak masyarakat kecil tidak mau dilihat dan diindahkan.
Di padang padang gurun itulah Yohanes Pembaptis berseru: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan; luruskanlah jalan tingkah lakumu bagiNya” (Lk. 3, 4). Dan kita diajak untuk membuatnya dengan serius dan teliti, dan jangan asal-asalan, karena “setiap lembah harus ditimbun, dan setiap gunung dan bukit harus menjadi rata” (Lk. 3, 5).
Kita menjalankan masa ‘Advent’, masa persiapan, karena sebelum kita merayakan hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, masih ada banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan, tugas-tugas yang membutuhkan waktu untuk ditangani dan diselesaikan. Tidak gampang untuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam waktu yang begitu lama. Akar kejahatan tidak bisa dicabut begitu saja, karena banyaknya cabang. Kita harus mencari waktu yang tenang, mengambil jarak dari kebiasaan kehidupan kita sehari-hari dan melihat dimana ‘yang berliku-liku’ bisa diluruskan dan ‘yang berlekuk-lekuk’ bisa diratakan (Lk, 3, 5). Hanya kalau kita bekerja dengan sungguh-sungguh, kita “akan melihat keselamatan yang dari Tuhan” (Lk. 3, 6).
Rasul Paulus menulis: “Aku mengucap syukur kepada Allahku, karena persekutuanmu dalam Berita Injil dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini, aku yakin sepenuhnya bahwa Allah, yang telah memulai karya baik di antara kamu, akan melanjutkannya sampai pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1, 5-6). Paulus meneguhkan kita pada saat kita sedang bergumul dengan padang gurun kita masing-masing. Kita tidak bergumul sendiri. Tuhan Allah ada di samping kita. Kita bisa putus asa, bila menutup mata untuk kehadiran Tuhan. “Inilah doaku –kata Paulus- semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus” (Flp. 1, 9-10).
Dan sekarang, marilah kita kembali ke padang gurun kita masing-masing, mempersiapkan jalan untuk Tuhan.
Pastor Bert Hagendoorn OFM