TIMIKA,TimeX
Mgr Jhon Philip Saklil Pr Uskup Keuskupan Timika dan Eltinus Omaleng Bupati Mimika meresmikan Gereja Kuasi Santa Sisilia SP 2 pada Kamis (22/11). Peresmian dan pemberkatan rumah Tuhan dimulai pukul 08.30 WIT di Kelurahan Timika Jaya Distrik Mimika Baru itu dihadiri ribuan umat katolik dari Paroki Katedral Tiga Raja maupun umat Kuasi Santa Sisilia dan ud

GUNTING PITA – Mgr Jhon Pilip Saklil Pr menggunting pita meresmikan Gereja Santa Sisilia SP 2 pada Kamis 922/11).
angan lainnya.
Semaraknya perayaan misa syukur peresmian ini diisi dengan sejumlah tarian adat Amungme, Kamoro, Key serta kolosal maupun penampilan dari anak-anak sekolah serta Kelompok Umat Basis (KBU) Santa Sisilia.
Sebelumnya, prosesi pemberkatan diawali dengan perarakan selebran utama Uskup John Philip Saklil Pr bersama 12 imam pendamping dan umat dimulai dari gereja lama kurang lebih 100 meter dengan membunyikan lonceng gereja. Sepanjang perjalanan dihantar dengan tarian adat Suku Key. Setiba di puntu masuk halaman gereja disambut dengan tarian adat Suku Kamoro ditandai dengan membuang segegam tepung sagu. Pada saat tiba di pintu masuk Uskup Jhon diperkenan menggunting pita dan Eltinus Omaleng didaulat membuka pintu gereja. Setelahnya dilanjutkan penandatanganan prasasti oleh uskup dan bupati.
Usai acara seremonial tersebut barisan para imam dan uskup perarakan menuju altar.
Setelah doa pembukaan uskup memberkati seluruh simbol-simbol gereja mulai dari patung, salib, Alkitab, lilin, altar, gedung gereja serta umat.
Uskup Jhon mengawali kotbahnya dengan mengisahkan riwayat hidup Santa Sisilia hingga diangkat oleh gereja pada abad ke 16 menjadi santa. Sisilia jelas uskup, lahir pada abad ke tiga. Pada zaman itu banyak orang kristen dibunuh oleh raja-raja romawi anti Kristus. Namun Sisilia tidak sibuk dengan situasi pada saat itu yang dihadapi. Ia tetap beriman kepada Kristus. Pada akhirnya Sisilia menikah dengan seorang laki-laki keturuan bangsawan namun belum dibaptis. Berkat imannya yang teguh, Sisilia mampu meyakinkan suaminya sehingga dibaptis masuk menjadi kristen. Bahkan berkat kesaksian imannya pula seluruh saudara daripada suaminya ikut dibaptis masuk kristen. Tetapi situasi saat itu juga begitu banyak orang kristen dibunuh namun iman Sisilia tidak pernah berubah. Bahkan hingga dirinya dibakar hidup-hidup sekalipun sebanyak tiga kali oleh raja-raja romawi namun berkat imannya ia yang teguh tubuhnya tidak mati. Dengan melihat Sisilia tidak terbakar para orang romawi kembali membunuhnya namun juga tidak mati. Dan Sisilia baru meninggal setelah tiga hari kemudian.
Uskup mengatakan ini menujukan bukti daripada mujizat Tuhan atas segala pewartaannya yang sungguh sangat luar biasa. Atas perjuangan hidup penuh iman kata uskup baru pada abad ke-16 gereja mengangkat Sisilia menjadi santa. Membuktikan ia orang kudus saat membuka peti jenazahnya, orama wangi keluar dari dalam tubuh Sisilia. Dari situ gereja mengangkat Sisilia menjadi orang beriman. Sisilia juga diangkat menjadi pelindung para musisi. Sebab selama hidupnya diisi dengan menyanyi. Dengan pengalaman iman ini maka umat menamakan gereja ini Santa Sisilia yang memiliki keunikan tersendiri.
Unik karena bentuk bangunan gereja ini atap rumah adat Wamena Papua. Menjadi unik atapnya menyerupai masjid yang menunjukan gereja itu universal atau membuka diri bagi agama apa saja. Gereja megah ini letaknya sangat strategis di tengah-tangah masyarakat dengan berbagai latar belakang suku, budaya serta keyakinan menjadi ikon. Bahkan gereja unik ini lanjut Uskup Jhon bisa dilihat dari atas udara ketika pesawat lewat menuju Bandara Mozes Kilangin.
Kesempatan itu yang mulia mengingatkan umat Katolik bahwa secara fisik pembangunan sudah selesai bukan berarti semuanya berakhir, tetapi tugasnya masih terus bekerja keras membangun iman umat.
Selain itu dalam sambutan Uskup Jhon mengungkapkan diputuskan bangun Gereja Katedral dengan alasan banyak umat lokal. Ternyata begitu gereja Katedral selesai dibangun umat lokal juga hilang tidak tahu entah ke mana. Mereka sudah pada pindah ke tempat lain bahkan tempat tinggal dan rumah dijual. Begitupun dengan dibangun dan diresmikan Gereja Paroki SP 3. Dengan satu alasan serupa demi banyaknya masyarakat lokal. Tetapi setelah gereja selesai dibagun terjadilah perang antara marga akhirnya banyak masyarakat lokal lari menghilang dari tempat itu.
“Kita bangun di SP 2 ini juga karena alasan ada banyak masyarakat lokal di sini. Tetapi juga sampai dengan hari ini jumlah mereka semakin berkurang,” kritik Uskup.
Menurut Uskup itulah yang terjadi satu krisis bagaimana membangun satu tempat dengan indikator keberhasilan ada pada sejauh mana masyaralat lokal itu terlibat ikut ambil bagian dalam panggilan hidup menggereja dan berbangsa di atas tanahnya sendiri.
“Maka itu saya mengajak umat katolik dengan menghargai segala hak-hak kita yang satu dan sama, tetapi kita juga beropsi untuk ikut menyelamatkan semua saudara-saudara kita khususnya mereka yang kecil dan lemah yang kebetulan masyarakat lokal yang tergusur karena arus perubahan dan perkembangan,” ajaknya.
Ia juga mengajak untuk menghidupkan satu gerakan membangun manusia lebih penting daripada gedung. Maka semua harus bekerja keras bukan hanya semata-mata sibuk membangun fisiknya secara internal gereja tetapi juga di luar itu turut menyelamatkan masalah-masalah sosial untuk membangun keberadaban masyarakat supaya bisa bersaing dalam dunia sekarang ini.
Sementara Pater Amandus Rahadat Pr Pastor Paroki Katedral Tiga Raja dalam laporannya menjelaskan secara detail mengenai perlengkapan di dalam gereja.
Ia menjelaskan di depan altar terdapat sebuah patung besar dengan latar belakang awan dan gunung. Di atas salib tertulis Matius 27: 45-46. Mulai pukul 12 siang seluruh daerah Yudea gelap hingga pukul 15.00 WIT. Pada saat itu Yesus wafat di kayu salib.
Korban Kristus ini kata Amandus diwartakan lewat mimbar mengenai seluruh karya keselamatan-Nya. Karya pewartaan ini diwartakan dan tertulis dalam Kitab Perjajian Baru melalui empat pengarang injil, Lukas, Markus, Mateus dan Yohanes. Kisah-kisah injil ini diwartakan ke seluruh dunia hingga di Timika SP 2 oleh keduabelas para rasul.
Selain itu Amandus juga menyebutkan dana pembangunan gereja selama sepuluh tahun mulai peletakan batu pertama tahun 2007 hingga dengan peresmian cukup fantastis mencapai Rp.26 miliar lebih.
Sumber dana dari bantuan Pemerintah Kabupaten Mimika senilai Rp.11 miliar lebih, donatur dua miliar lebih, usaha umat melalui alas tikar dan pinjaman CU Bintang Timur selama sepuluh tahun ini Rp. 12 miliar lebih.
Pada momen tersebut Amandus juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Kabupaten Mimika atas dukungan dana, kepada Gregorius Setiadi bersama istri sebagai arsitek, Adil Hakam pelukis gambar-gambar kudus mempercantik interior gereja serta kepada Ketua Kuasi Santa Sisilia Petrus Yumte, Ketua Pembangunan Dionisius Mameyao, Ketua Peresmian Agustinus Anggaibak serta seluruh umat yang telah ikut ambil bagian. (antoniusdjuma)