
TIMIKA,TimeX
Tidak terasa Kabupaten Mimika sudah berusiai 21 tahun, 8 Oktober 1996-8 Oktober 2017.
Tentu ada makna sendiri dan bangga dari refleksi 21 tahun dengan berbagai perkembangan, kemajuannya di berbagai sektor pembangunan infrastruktur, pendidikan, SDM, kesehatan, dan lain sebagainya.
Tak pelak, ada pula kritik dan saran membangun yang disampaikan oleh berbagai elemen masyarakat sebagai sebuah harapan baru menuju Mimika aman, damai dan sejahtera.
Uskup Keuskupan Timika, Mgr. John Philip Saklil, Pr dalam refleksi HUT ke-21 Kabupaten Mimika, menyerukan sekaligus mengingatkan kepada seluruh umat kristiani, khususnya umat Katolik di Mimika, warga masyarakat umumnya dan juga pemangku kepentingan di lingkup Pemda Mimika agar menjadikan Mimika lebih baik lagi ke depan dari sebelumnya.
“Semoga Mimika menjadi berkat bagi banyak orang. Kalau mau bilang Mimika sendiri sudah menjadi berkat. Tergantung bagaimana bupati, pemerintah, pengusaha, masyarakat, gereja dan semua elemen yang ada lebih memperhatikan perkembangan, sebab belum semua sumber-sumber kekayaan daerah ini memberi peluang untuk kesejahteraan dan kemakmuran yang maksimal bagi sesama,” ujar Uskup Saklil, Pr kepada Timika eXpress usai misa konsekrasi Gereja Katedral Raja, Sabtu (7/10).
Pemimpin Gereja Katolik di Mimika yang membawahi 11 dekenat ini pun mengaku ironis, sebab Mimika sebagai daerah dengan sumber daya potensial, tetapi masih banyak sendi-sendi kehidupan yang belum ditangai maksimal.
“Daerah lain dengan sumber daya daerah terbatas, mereka bisa buat sesuatu, tetapi Mimika ini belum terjadi sesuatu. Harapan saya, mungkin bupati yang baru nanti kedepannya adalah yang bisa membangun daerah ini menjadi tungku api yang hidup. Tungku api harus menyala dalam keluarga dan tungku api harus menyala dalam masyarakat dan bangsa kita agar harapan dan keselamatan bisa dialami oleh banyak orang. Tungku api harus menyala dalam kehidupaan pemerintah juga agar menjadikan Mimika menjadi lebih baik lagi,”kata Uskup Saklil.
Pasalnya, keserakahan dan kesombongan telah membawa manusia jatuh dalam dosa. Namun Allah tidak berhenti mencintai manusia, Allah mengutus putra-Nya untuk membebaskan umat manusia dari dosa.
Merayakan HUT Mimika ke-21, manusia harus berhenti hidup dalam keserakahan dan kesombongan. Usia ke-21 tahun bukan usia menuju perubahan nyata agar Mimika menjadi sesuatu dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.
Uskup Saklil secara khusus memberi atensi kepada pendidikan di Mimika agar dibenahi secara baik, Sebab masalah klasik di Mimika adalah pendidikan, begitu juga kesehatan, dimana masyarakat belum terlayani secara maksimal.
Sementara itu, Mathea Mameyau, tokoh perempuan Kamoro yang juga anggota DPRD Provinsi Papua kepada Timika eXpress via ponselnya, Minggu (8/10), menambahkan, secara pribadi ia berterima kasih kepada Pemda Mimika karena masih merayakan HUT Mimika ke-21.
Sebab dua tahun belakangan HUT Mimika tanpa perayaan.
Tidak hanya itu, sebagai anak Kamoro, ia mengaku miris karena diusia 21 tahun yang dikategorikan usai dewasa, dirinya belum melihat proses pembangunan secara merata dari nilai APBD 2,9 triliun merupakan yang terbesar di kabupaten/kota se-Provinsi Papua.
“Saya sebagai anak asli Timika, saya bangga bercampur kecewa karena diusia 21 tahun ini, seharusnya pembangunan sudah ada dimana-mana, tapi masih sangat mengecewakan,” tuturnya.
Pesannya, melalui momentum HUT Mimika ke-21, Pemda Mimika harus lebih memacu diri untuk bisa memperbaiki sistem pemerintahan yang ada, sehingga rakyat bisa merasakan pembangunan secara merata menuju kesejahteraan.
“Ini kritik saya untuk eksekutif dan legislatif di daerah ini agar tidak ‘egois’ sehingga rakyat tidak dikorbankan. Lihat saja sekarang, perbedaan pandangan politik akhirnya semua agenda daerah terbentur. Fokus dan lihat kondisi riil masyarakat. Pejabat daerah jangan terlalu sering ke luar daerah. Ini supaya tahu kondisi dan kebutuhan serta persoalan yang dihadapi masyarakat,” tegasnya lagi.
Ia pun menyerukan agar pemangku kepentingan di daerah ini tidak melakukan pelayanan yang bersifat semu atau tidak berdampak langsung kepada masyarakat.
“Buktikan bahwa APBD yang nilainya fantastis ini benar-benar dirasakan masyarakat. Saya lihat banyak kegiatan Bimtek, sosialisasi dan pelatihan, pameran dan hiburan tidak berdampak maksimal, terkesan hanya habiskan anggaran. Buat sesuatu yang lebih bermanfaat,” imbuhnya.
Selain itu, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Mimika, Luky Mahakena mengapresiasi estafet kepemimpinan eksekutif sejak Kabupaten Mimika terbentuk hingga kini.
Bahwa program pembangunan yang telah dicapai selama 21 tahun perlu diapresiasi, dengan harapan kita semua ke depan harus lebih baik lagi.
Kepada Timika eXpress via ponselnya, Luky menambahkan, bahwa kelangsungan pembangunan pun tidak terlepas dari peran serta partisipasi seluruh komponen masyarakat Kabupaten Mimika.
Dengan apa yang sudah dijalankan, melalui momen HUT ke-21 perlu introspeksi dan evaluasi terhadap pencapaiannya.
Pemerintah harus menata birokratnya lebih baik lagi, aparatur keamanan pun bisa mewujudkan Kamtibmas terhadap kelangsungan dan aktivitas masyarakat.
Termasuk stakeholder lainnya di Timika harus bergandengan tangan mewujudkan Mimika aman, damai dan sejahtera.
“Khusus Pemerintah Daerah Mimika sebagai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus membawa perubahan bagi masyarakat Mimika. Dan juga komponen institusi negara, legeslatif harus bergandengan tangan meralisasikan pola kebijakan pembanguan yang lebih terarah, adil, dan merata serta terintegrasi mulai dari kampung ke kota. Intinya pembangunan harus merata, jangan ada ketimpangan antara di kota dan di kampung,”imbuhnya.(san/zuk/a28)