
Kebakaran Hutan Meluas Kabut Asap Mulai Masuki Kota Besar
Kebakaran Hutan Meluas Kabut Asap Mulai Masuki Kota Besar
Indonesia kembali menghadapi darurat kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kian meluas. Fenomena tahunan ini tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga mulai menyelimuti sejumlah kota besar dengan dampak kesehatan dan sosial yang signifikan.
Karhutla 2025: Bencana yang Kembali Terulang
Setiap tahun, musim kemarau kerap menjadi pemicu meningkatnya kebakaran hutan di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatra dan Kalimantan. Tahun 2025 ini, laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kondisi El Nino memperparah kekeringan yang memicu banyak titik api. Satelit Terra dan Aqua milik LAPAN telah mencatat lebih dari 1.200 titik panas pada pertengahan April 2025.
Kebakaran tersebut sebagian besar terjadi di lahan gambut yang sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan. Akibatnya, kobaran api menjalar cepat dan sulit dikendalikan meski tim pemadam kebakaran sudah dikerahkan secara maksimal.
Kabut Asap Mulai Rambah Kota Besar
Salah satu dampak langsung dari meluasnya kebakaran hutan adalah penyebaran kabut asap hingga ke kota-kota besar seperti Pekanbaru, Palembang, hingga Pontianak. Bahkan, kabut tipis mulai terpantau memasuki wilayah Jakarta dan sekitarnya, membawa kekhawatiran akan dampak lintas provinsi.
Kebakaran Hutan Meluas Kabut Asap Mulai Masuki Kota Besar
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kualitas udara di kota-kota terdampak sudah mencapai kategori tidak sehat hingga sangat tidak sehat, dengan konsentrasi PM2.5 yang jauh melampaui ambang batas aman menurut WHO.
Dampak Kesehatan yang Mengerikan
Kabut asap bukan hanya masalah jarak pandang, tetapi juga kesehatan. Rumah sakit mulai menerima lonjakan pasien dengan keluhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, iritasi mata, dan alergi kulit. Anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis menjadi kelompok yang paling rentan.
Dokter spesialis cmd368 login di salah satu rumah sakit di Palembang, dr. Reni Suryani, mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir jumlah pasien dengan gangguan pernapasan meningkat 30%. “Banyak anak-anak datang dengan batuk kering, sesak, dan mata merah karena terpapar asap,” ujarnya.
Aktivitas Terganggu, Sekolah Libur
Tak hanya sektor kesehatan, sektor pendidikan juga terdampak. Pemerintah daerah di beberapa wilayah terdampak memutuskan untuk menutup sementara sekolah dan menerapkan sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan guna melindungi siswa dari paparan langsung kabut asap.
Warga juga mulai membatasi aktivitas luar ruangan, terutama di pagi dan sore hari ketika kabut asap berada pada tingkat terparah. Masyarakat disarankan menggunakan masker N95 saat harus beraktivitas di luar rumah, serta menjaga ventilasi rumah tetap tertutup rapat.
Upaya Pemerintah dan Kritik Publik
Pemerintah pusat dan daerah telah mengerahkan berbagai upaya untuk menanggulangi karhutla. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:
Water bombing atau penyemprotan air dari udara menggunakan helikopter.
Patroli darat oleh TNI, Polri, dan relawan untuk memadamkan titik api.
Pemasangan sekat kanal untuk mencegah api menjalar di lahan gambut.
Namun, berbagai pihak menilai penanganan ini masih reaktif dan kurang pada pencegahan. Aktivis lingkungan dari WALHI, Anton Darmawan, menyayangkan masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan, baik individu maupun korporasi.
“Setiap tahun kejadian ini terulang, tapi perusahaan yang terbukti membuka lahan dengan membakar, jarang mendapat hukuman tegas. Ini yang harus dibenahi jika ingin bencana kabut asap tak terus terulang,” tegas Anton.
Perlu Kolaborasi Jangka Panjang
Mengatasi kebakaran hutan dan kabut asap butuh pendekatan holistik. Selain penegakan hukum yang tegas, perlu juga edukasi kepada masyarakat tentang bahaya pembakaran lahan dan pentingnya menjaga hutan. Program restorasi lahan gambut dan reboisasi harus digencarkan.
Teknologi pemantauan berbasis satelit juga bisa diintegrasikan lebih baik untuk mendeteksi dan menindak awal titik panas. Di sisi lain, kota-kota besar harus menyiapkan sistem mitigasi kabut asap, seperti ruang publik berfilter udara dan sistem peringatan dini kualitas udara.
Kesadaran Masyarakat Jadi Kunci
Di tengah keterbatasan aparat, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan. Tidak hanya dalam mencegah pembakaran, tetapi juga dalam mengedukasi lingkungan sekitar, terutama di wilayah pedesaan yang kerap menjadi lokasi awal kebakaran.
Saat ini, menjaga kesehatan menjadi prioritas utama. Gunakan masker, saring udara dalam ruangan, dan perbanyak konsumsi air serta makanan bergizi agar daya tahan tubuh meningkat.
Kesimpulan
Kebakaran hutan dan kabut asap bukan sekadar bencana tahunan biasa. Ini adalah krisis lingkungan dan kemanusiaan yang perlu ditangani serius. Pemerintah, korporasi, dan masyarakat harus bersinergi agar peristiwa ini tak terus berulang dan mengancam generasi mendatang.